Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Stamina Timnas Harus Dipompa!


"MENGHADAPI tiga 'tim bernapas kuda Arab'—Iran, Bahrain, dan Qatar—di babak III Pra-Piala Dunia 2014, stamina Tim Nasional Indonesia jelas harus dipompa lebih keras lagi!” Tegas Umar. "Jika tidak, seperti pengalaman tanding pertama lawan Iran, di babak pertama tenaga timnas kita dikuras, dan merasa bangga bisa menahan lawan 0-0 pada 45 menit pertama, tapi di babak kedua setelah letoi, timnas dicukur gundul lawan tanpa balas, 0-3."

"Justru stamina itu masalah krusial timnas kita!" timpal Amir. "Sudahlah postur tubuhnya rata-rata lebih kecil daripada lawan, staminanya relatif cekak pula! Beda dengan tim Korea, Jepang, dan China, meski tubuh mereka relatif lebih kecil dari lawan, stamina mereka bisa membuat lawan terengah-engah dengan permainan cepatnya! Dan stamina mereka terukur 120 menit—dua kali 45 menit tambah dua kali 15 menit perpanjangan waktu!"



"Para ahli gizi nasional mungkin harus dikumpul untuk mencari tahu, kenapa dengan tubuh sama kecilnya atlet Korea, Jepang, dan China bisa punya stamina jauh lebih kuat daripada atlet kita!" tegas Umar. "Apakah jenis makanan kita tahu-tempe, jangan gori yang dilahap orang kita sejak kecil membuat staminanya rendah, atau karena faktor-faktor lain! Semua itu harus ada jawabannya, agar saat menonton sepak bola antara timnas dan lawan warga bangsa tak jadi gemas karena pemain kita kehabisan tenaga lalu menggantol kaki lawan dari belakang!"

"Artinya, kelemahan utama timnas sepak bola kita sejak awal sudah diketahui, tapi kenapa dari zaman ke zaman tak bisa diperbaiki!" timpal Amir. "Lantas kenapa Korea, Jepang, dan China bisa membuat stamina atletnya serbaprima?"

"Dari situ, kalau dalam teknik dan strategi sepak bola kita rekrut pelatih dari Eropa guna mengajari anak-anak kita cara bermain sepak bola yang betul, untuk memompa stamina pemain timnas kita juga harus merekrut ahli gizi dari tiga negara itu—Korea, Jepang, atau China—juga pelatih fisik pembina stamina, sekalian juru masaknya!" tegas Umar.

"Kenapa harus sekalian juru masaknya? Sebab, kita tak hendak merendahkan ahli gizi kita, pasti mereka tahu berapa kalori pada 1 gram sayur tertentu. Tapi oleh juru masak yang dicari paling murah bayarannya dari dusun, sayur itu digodok sampai nyonyot sehingga kalorinya menguap, dan pemain kita jadi loyo di lapangan!"

"Tapi usaha itu belum bisa diterapkan pada putaran Pra-Piala Dunia kali ini, karena waktunya sudah terlalu sempit!" timpal Amir. "Lebih tepat diterapkan pada Timnas Indonesia U-17, U-21, atau U-23. Dengan itu kita punya harapan ke depan!" ***

0 komentar: