"UPACARA dies natalis Universitas Lampung (Unila) Kamis kemarin berjalan aman dan nyaman!" ujar Umar. "Itu pertanda tawuran mahasiswa antarfakultas sehari sebelumnya yang terjadi akibat senggolan saat arak-arakan mahasiswa mengelu-elukan seniornya yang usai diwisuda, bersifat aksidental alias kecelakaan semata.
Bukan berakar pada suatu dendam atau permusuhan laten!"
"Dengan tidak berlanjutnya tawuran mahasiswa Kamis kemarin, juga menunjukkan kebijakan pimpinan Unila mengatasi dan menyelesaikan masalahnya—apa pun bentuknya itu—cukup berhasil!" sambut Amir.
"Untuk itu, usaha-usaha lanjutan untuk mencegah agar tawuran tak sampai terulang perlu dilakukan secara lebih intensif lagi! Masalahnya, betapa memalukan ketika baru saja dalam acara wisuda Gubernur memuji Unila karena tidak acap terjadi tawuran seperti kampus di provinsi lain, tiba-tiba terjadi tawuran mahasiswa—yang terbesar pula!"
"Menjaga Unila agar tak sampai terkenal sebagai 'kampus tawuran' amat penting, mengingat sejauh ini citra Unila amat baik secara nasional maupun internasional—dengan kebanyakan guru besarnya berasal dari universitas terkemuka dalam dan luar negeri!" tegas Umar. "Alangkah naifnya jika citra sebaik itu tiba-tiba tercoreng oleh ulah segelintir mahasiswa yang sok jagoan, berusaha pamer kelebihan lewat keberingasan dan kebrutalan perilaku fisiknya!"
"Maka itu, penegasan rektor akan men-drop out (DO) mahasiswa yang sengaja menyulut tawuran lanjutan amat tepat!" timpal Amir.
"Ketegasan itu penting dan harus dilaksanakan secara konsisten! Hal itu harus dimasukkan sebagai tabu atau pantangan yang tak bisa diampuni dalam code of conduct civitas academica! Artinya, jika ancaman DO terhadap mahasiswa atas kesalahan tersebut masih merupakan hal baru di Unila, berarti sivitas akademika harus menyusun ulang code of conduct kampusnya dengan menyesuaikan pada perkembangan zaman, khususnya dalam usaha menjaga tradisi intelektual yang menjadi dasar kampusnya mencapai standar center of excellent!"
"Idealisasi Unila sedemikian yang secara realistis sudah mencapai ambangnya, tentu sangat disayangkan jika sampai dirusak akibat kurang seriusnya pimpinan kampus dalam menanamkan kultur intelektual pada mahasiswanya!" tukas Umar. "Mumpung benih anarkisme belum tumbuh lebih jauh, tradisi intelektual yang berorientasi kritisisme dan skeptisisme lebih cepat diperkuat—hingga tekanan menuntut dan mengembangkan ilmu lebih keras ketimbang gagah-gagahan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar