SEORANG kontraktor membawa buruh dari kampungnya untuk mengerjakan proyek di kabupaten lain.
"Status kalian buruh harian, bekerja delapan jam sehari dari pukul tujuh sampai dua belas, istirahat satu jam, kerja lagi sampai pukul empat!" jelas kontraktor. "Upah kalian sehari kalau kerja Rp75 ribu. Kalau ada masalah nonteknis di luar kuasa perusahaan jadi tak bisa kerja, diberi Rp25 ribu sehari untuk biaya hidup, sarapan dan dua kali makan! Itu karena kalian kubawa bekerja jauh dari rumah!"
"Jadi kerja Rp75 ribu, tak kerja Rp25 ribu?" ulang seorang buruh ingin lebih jelas.
"Betul!" jawab kontraktor. "Upah dibayar setiap hari sebelum keringat kalian kering! Terserah kalian mau makan apa dengan upah itu, atur sendiri! Perusahaan menyiapkan bedeng untuk tempat tidur kalian!"
Tiga hari bekerja seorang buruh sakit. Mandor membawa ia ke puskesmas, lalu diistirahatkan di bedeng. Sorenya ia ikut antre gajian. "Kerja Rp75 ribu tak kerja Rp25 ribu, jadi Rp100 ribu!" ujarnya saat mendapat giliran.
"Maksudmu tadi pagi kau kerja dibayar Rp75 ribu, lalu siangnya kau sakit dan tak kerja harus dibayar khusus lagi Rp25 ribu?" tanya mandor.
"Betul! Janji bos kan begitu!" tegas buruh. "Kerja Rp75 ribu, tak kerja Rp25 ribu!"
"Tapi aturan perusahaan, kalau sakit dihitung kerja, upah dibayar penuh!" jelas mandor. "Jika sakitnya tiga hari berturut tak sembuh, dikirim pulang untuk berobat gratis di RSUD dekat rumah! Setelah sembuh silakan tentukan sendiri, kembali kerja atau tidak!"
"Aku sudah sembuh, kok!" timpal buruh. "Tapi, apa upahnya tak bisa dinaikkan?"
"Dengan upah Rp75 ribu sehari, sebulan dua seperempat juta, sama UMP DKI Jakarta!" jawab mandor. "Betapa baik bos kita, upah di pelosok begini dia samakan dengan Jakarta! Ia tambahi dari tarif semestinya! Sebagian keuntungannya dari proyek ini memang ia berikan pada buruh dengan cara begitu! Jadi tak seperti bos lain, justru memeras buruh dengan mencari untung dari buruh, membayar buruh lebih rendah dari harga satuan pekerja dalam nilai proyek!" "Ternyata ada juga kontraktor yang membagi keuntungan proyek pada buruhnya lewat upah harian dan bantuan biaya hidup jika tak kerja karena hambatan nonteknis!" timpal buruh. "Kontraktor lain mau untung sendiri, malah menjadikan keringat buruh sumber labanya!" ***
"Dengan upah Rp75 ribu sehari, sebulan dua seperempat juta, sama UMP DKI Jakarta!" jawab mandor. "Betapa baik bos kita, upah di pelosok begini dia samakan dengan Jakarta! Ia tambahi dari tarif semestinya! Sebagian keuntungannya dari proyek ini memang ia berikan pada buruh dengan cara begitu! Jadi tak seperti bos lain, justru memeras buruh dengan mencari untung dari buruh, membayar buruh lebih rendah dari harga satuan pekerja dalam nilai proyek!" "Ternyata ada juga kontraktor yang membagi keuntungan proyek pada buruhnya lewat upah harian dan bantuan biaya hidup jika tak kerja karena hambatan nonteknis!" timpal buruh. "Kontraktor lain mau untung sendiri, malah menjadikan keringat buruh sumber labanya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar