Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Meminjam Tabungan Anak!

SEORANG pemotong rumput keliling dengan mesin gendong, termangu menunggu istrinya pulang belanja. Uang selembar Rp50 ribuan hasil kerja kemarin diambil istrinya dari saku celananya untuk belanja. 

Ia menunggu uang kembalian lima ribu untuk beli satu liter premium buat mesin rumputnya."Mana, lima ribu!" pintanya saat istri pulang. "Untuk beli bensin mesin rumputku! Kemarin sore diburu hujan tak sempat beli bensin!"

"Uangnya habis untuk belanja!" jawab istri "Bagaimana mau cari duit kalau bensin mesin rumputku kosong?" timpal suami. "Biasanya menyembunyikan uang untuk beli rokok!" tukas istri. "Sok tau!" entak suami. "Cari utangan dulu!" "Bensin tak bisa ngutang!" sahut istri. 

"Gini aja! Kita colok celengan anak! Dia sudah ke sekolah, tak tahu tabungannya diambil!" "Kita pinjam dulu, nanti kalau ada uang diam-diam kita kembalikan!" tegas suami. "Asal tak lupa mengembalikan! Sebab, orang tua sering lupa kalau meminjam dari anak atau cucu! Seperti kekayaan alam negeri ini, hutan-hutan digundul, bahan tambang terutama minyak bumi dikuras sampai tinggal kerak terakhir, semua itu dipinjam dari anak-cucu tapi dihabiskan untuk foya-foya masa kini oleh generasi kakek-neneknya!" 

"Itu bukan lupa mengembalikan, tapi tak bisa mengembalikan tabungan anak-cucu yang telah mereka habiskan!" timpal istri. "Dasar generasi kakek-nenek yang serakah!" 

"Kekayaan alam tabungan anak-cucu itu diludeskan untuk memacu pertumbuhan ekonomi, cara yang jika tetesan limpah-ruah kekayaan itu untuk rakyat ternyata kecil, dimaklumi oleh ndoro bule yang diuntungkan dengan pemberian hak mengeruk kekayaan alam kita!" tegas suami. 

"Akibatnya, hasil peludesan kekayaan alam negeri kita itu cuma dinikmati segelintir elite berkuasa dan kroni serta ndoro bulenya! Sedang rakyatnya makin sengsara berkelanjutan hingga anak cucu karena tabungan mereka telah dihabiskan!" "Ndoro bule itu diuntungkan mental inlander para pemimpin kita, yang bangga dipuji bule!" tukas istri. "Contohlah Hugo Chavez di Venezuela, tak butuh pujian bule, memaksa renegosiasi bagi hasil tambang, take it or lived! Hasilnya ketimbang angkat kaki, bule-bule itu akhirnya nurut juga, kok!" ***

0 komentar: