DUA rombongan studi banding legislatif lain daerah asal Indonesia bertemu di peron, ruang tunggu penumpang Gerbong 15 dan 16 kereta peluru Shinkansen, Tokyo. Kedua gerbong bernomor itu dikhususkan untuk memuliakan perokok pada setiap rangkaian kereta api yang berkecepatan 300 km per jam tersebut.
"Luar biasa dihargainya perokok di Jepang ini!" ujar legislator dari rombongan satu. "Studi banding kemari amat tepat untuk menyusun perda memuliakan perokok! Lihat asbak-asbak besar dari plat baja bersih berkilat! Tak perlu khawatir puntung melimpah ke lantai!"
"Lebih tepat kami, studi banding untuk perda keamanan dan ketepatan waktu transportasi publik!" timpal rombongan dua. "Sejak awal operasinya menyambut Olimpiade Tokyo pada 1 Oktober 1964, sampai sekarang tak ada kecelakaan berarti dialami Shinkansen! Untuk deteksi dini gempa bumi dilengkapi peranti Fastech 260, hingga saat gempa besar Chuetsu Oktober 2004, meski kereta keluar rel tak ada korban tewas karena kendaraan darat supercepat itu sempat lebih dahulu berhenti!"
"Untuk ketepatan waktunya juga!" timpal teman rombongan dua. "Pada 2008 pengelola melaporkan rata-rata Shinkansen tepat dalam 0,1 menit, atau 6 detik! Itu dihitung dari 160 ribu perjalanan semua rutenya. Rekor sebelumnya dari 1997 tercatat 0,3 menit atau 18 detik! Bandingkan dengan transportasi publik di negeri kita, bahkan pesawat udara pun bisa di-delayed hitungan jam!"
"Keamanan dan ketepatan waktu transportasi publik itu penting untuk negeri kita, tapi masih jauh dari kemampuan mewujudkannya!" tegas rombongan satu. "Karena itu, kalian bisa sia-sia membuat perda karena tak mungkin dipenuhi mayoritas operator!"
"Tapi kita harus berusaha ke arah itu, agar jelas orientasi ke depannya!" tegas rombongan dua. "Sebaliknya perda merokok, di Jepang ini tanpa perda orang tertib merokok pada tempatnya! Di negeri kita, ada perda larangan merokok di ruang publik dengan ancaman denda pun orang tetap merokok di sembarang tempat!"
"Itu karena di negeri kita prohibitionistik, asal melarang saja, tak disiapkan tempat alternatif seperti Gerbong 15 dan 16 Shinkansen ini!" tegas rombongan satu.
"Kita cuma melarang dan melarang, tanpa savety valve—saluran pengaman—bagi kebiasaan warga yang di negeri lain dihormati, bahkan dimuliakan!" ***
0 komentar:
Posting Komentar