SEORANG sopir angkot goyang kepala kagum melihat seorang penjual es cendol mendorong gerobaknya untuk jualan di musim hujan yang turun berulang pagi, siang, dan malam! "Gaya jalannya yakin sekali akan tetap ada pembeli es cendolnya!" tukasnya.
"Jelas, hanya keyakinan membaja yang bisa membuat banyak warga masyarakat kita tetap berusaha di tengah kondisi tak kondusif seperti penjual es cendol itu!" timpal penumpang di sampingnya. "Keyakinan begitu ditopang oleh iman yang absolut bahwa sepanjang Tuhan masih memberinya napas, maka Tuhan akan memberinya rezeki!"
"Tapi menurut logikanya, di musim hujan yang dingin begini tak mungkin ada orang membeli es cendol yang dingin itu!" tegas sopir.
"Logisnya begitu!" timpal penumpang. "Tapi jika Tuhan menghendaki agar si penjual es cendol mendapat rezeki, justru di musim hujan yang dingin mencekam banyak perempuan jadi mengidam! Orang mengidam—tanda awal kehamilan—sering berperilaku aneh, musim dingin justru ingin minum es cendol! Belum lagi kebiasaan orang kita suka iseng, dingin pun tak kepalang minum es cendol!"
"Mengidam dan iseng itu bisa berpadu, semisal pada pengidam jabatan!" potong sopir. "Itu terjadi pada seseorang saat mengidam posisi hakim agung, pada seleksi di DPR ia iseng selayak orang bercanda, mengusulkan agar hukuman bagi pemerkosa diperingan, karena menurut dia, yang memerkosa dan yang diperkosa sama-sama menikmati!"
"Itu contoh banyak perilaku aneh tak logis di negeri kita, di antaranya ada yang bisa jadi sumber rezeki bagi warga yang berusaha pada kondisi tak kondusif!" tukas penumpang. "Seperti perilaku iseng orang-orang berduit yang membuat orangnya hidup royal membeli barang yang tak benar-benar dia perlukan, menjadi sumber rezeki bagi orang-orang yang jualan barang suplementer—bukan kebutuhan pokok—dengan keyakinan yang sama dengan penjual es cendol, akan ada orang datang membeli dagangannya! Di balik semua itu, kami juga kagum pada kalian sopir angkot!"
"Kenapa kagum?" kejar sopir.
"Sejak ada bus kota baru, penumpang angkot kalian sering terlihat cuma dua atau tiga orang, tapi kalian tetap jalan!" ujar penumpang.
"Pasti karena kami punya keyakinan sekuat penjual es cendol!" tegas sopir. ***
0 komentar:
Posting Komentar