USAI diwisuda S-1, bersama kedua orang tua yang menghadiri wisudanya seorang pemuda langsung pulang kampung!
"Apa telingamu tahan mendengar celoteh sinis warga desa, susah payah menuntut ilmu di kota, akhirnya cuma pulang kampung menjadi orang desa kembali?" tanya ayahnya. "Karena lazimnya, orang sekolah tinggi bekerja dan tinggal di kota, hidup dengan gaya modern!"
"Kenapa peduli ocehan orang?" jawab anak. "Pulang kampung bukan akhirnya, tapi justru awal! Sedang akhirnya, nanti di ujung setelah langkah awal yang saya mulai dari desa!" "Awal seperti apa?" kejar ayah.
"Awal usaha apa adanya, sederhana!! Modalnya cukup dari KUR--kredit usaha rakyat!" jelas anak. "Intinya, kalau di kota cuma bisa makan gaji karena untuk memulai usaha selain modal, tempat dan fasilitas lainnya tak punya, di desa kita bisa membuka usaha, menciptakan lapangan kerja dan menggaji orang!"
"Daripada cari kerja lebih baik menciptakan lapangan kerja itu cuma klise!" tukas ayah. "Tantangannya justru di situ, bagaimana bisa mengubah klise menjadi realitas!" tegas anak.
"Untuk membuka usaha hal pertama yang penting adalah tekad, lalu kemampuan menciptakan sendiri peluang!" "Menciptakan peluang? Kamu pikir mudah?" entak ayah. "Banyak usaha baru gagal karena tak mendapat peluang, semua peluang sudah terisi alias tertutup! Kau gegabah pula mau menciptakan peluang!"
"Kenapa belum apa-apa ayah patah arang?" tukas anak. "Untuk memulai usaha pengumpul hasil bumi misalnya, peluang kita ciptakan lewat membuka informasi berapa harga pada pembeli utama di kota, berapa ongkos transpor dan kuli bongkar muat, lantas kepada pemilik barang kita jamin menerima utuh sepenuhnya semua penjualan hasil bumi miliknya, tanpa kita ambil satu sen pun! Jadi, kita cuma membantu sebagai penunjuk jalan baginya untuk mendapatkan penjualan hasil panen yang maksimal!
Pasti dia akan memilih kita sebagai mitra bisnisnya!" "Lantas kau dapat apa?" tanya ayah. "Cukup komisi resmi dari perusahaan angkutan sebagai pencari muatan buat truknya!" tegas anak. "Kalau tak serakah, banyak peluang bisa diiptakan! Sebagai pedagang pengumpul jangan mau bagian lebih besar dari yang panen, jelas peluangnya tertutup!" ***
0 komentar:
Posting Komentar