"PERADABAN yang berorientasi memuliakan manusia dan masyarakatnya, keseimbangan antarunsurnya dalam kehidupan di dunia itu terjalin paralel dengan kehidupan selanjutnya di akhirat!" tegas Umar. "Penjalinnya kepastian, ketika anak Adam meninggal hubungannya dengan segala sesuatu di dunia putus, kecuali tiga hal, amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh!"
"Itulah tiga dimensi peradaban unggul!" timpal Amir.
"Barisan dominan anak-anak saleh dan salihah yang dengan sabar, tekun, dan ikhlas menggali dan terus mendalami ilmu hingga menghasilkan ilmu bermanfaat, kemudian membentuk barisan pengusaha dan penguasa profesional yang bersyukur, punya kemampuan mewujudkan amal jariah menjadi peradaban prima sesuai konteks zamannya!"
"Dengan kehadiran dominan anak saleh dan salihah berilmu yang mampu membentuk barisan pengusaha dan penguasa profesional—sebagian besar justru dari kalang mereka sendiri—jelas masyarakat bebas dari mustahik zakat seperti zaman Umar bin Abdul Aziz bukan mustahil!" tegas Umar.
"Bahkan tak sebatas itu, daya saing bangsa baik dalam kemudahan memulai bisnis, bersih dari korupsi, maupun indeks pembangunan manusia (IPM)-nya tak lagi seperti sekarang—semua angka peringkat globalnya lebih dari 100. Jauh dari ideal!"
"Dari situ juga tampak prioritas membangun peradaban ada pada dunia pendidikan guna memulai dengan mencetak barisan anak saleh dan salihah yang cukup hingga dominan bagi menjalankan peran selanjutnya membangun peradaban!" sambut Amir.
"Kegigihan mereka sejajar dalam menuntut dan mengamalkan ilmunya, dengan selalu mengingat sabda Rasul saw., 'Semua ilmu mendatangkan kecelakaan bagi pemiliknya pada hari kiamat kecuali yang dia amalkan!" (AlMu'jam AlKabir 22:55, h.133)
"Barisan pengusaha dan penguasa baru yang terbentuk dari anak-anak saleh dan salihah dalam rangka mengamalkan ilmunya itu pun menjadi para pengusaha dan penguasa yang bersyukur!" tegas Umar.
"Potensi amal jariah para pengusaha dan penguasa yang bersyukur itu jelas bisa diharapkan untuk membangun peradaban humanis yang paralel duniawi dan ukhrawi! Dengan itu kita hijrah dari realitas korup, fasik, dan munafik ke harapan yang penuh rida Ilahi Rabbi!" *** (Habis)
0 komentar:
Posting Komentar