"PERINGKAT 120 daya saing doing business di Indonesia dibanding Singapura di peringkat 1, Malaysia (6), dan Thailand (18), menunjukkan betapa sulitnya memulai usaha di negeri kita!" ujar Umar.
"Banyak sekali persyaratan yang harus dilengkapi yang tak mudah pula didapatkan, mulai dari surat keterangan izin tempat usaha (SKITU) sampai surat izin gangguan (HO), dan sebagainya!
Akibatnya, untuk melengkapi administrasi saja modal sedikit yang dimiliki tak cukup, usaha yang ingin dimulai pun terkulai dalam khayalan!" "Andaikan modalnya cukup buat kelengkapan administrasi, modal dasar dan modal operasi tak ada!" timpal Amir.
"Melihat iklan di televisi optimistis dari bank akan bisa diperoleh kredit untuk rakyat (KUR) buat modal awal tersebut! Ternyata, kalau belum ada usaha yang sudah berjalan, kalau usahanya masih dalam bentuk dongeng, bank tak akan mengucurkan bantuan tambahan modal!"
"Itu baru tahap memulai untuk bernisnis formal!" tukas Umar.
"Bisnis formal itu umum sebagai dambaan mereka yang berpendidikan, yang justru aneh kalau harus memulai usaha dengan mencangkul lahan menanam singkong atau mengampar dagangan di kaki lima!
Tapi justru usaha model inilah yang mudah dimulai di Singapura, Malaysia, dan Thailand, sedang di Indonesia menjadi 120 kali lebih sulit dari di Singapura!"
"Kenyataan buruk itulah yang layak dipikirkan para pejabat eksekutif dan legislatif, yang dari hari ke hari terus berburu pendapatan asli daerah (PAD) dengan membuat retribusi baru, padahal setiap aturan yang mereka buat itu cuma menambah berat beban yang dipikul rakyat—termasuk mereka yang ingin membuka usaha!" tegas Amir.
"Atau retribusi dan sewa hamparan bagi mereka yang coba memulai usaha di kaki lima, yang membuatnya tak bisa menabung sisa hasil usaha—karena hamparan yang dibangun dengan APBD itu ke pedagang ditetapkan sewa yang berat!"
"Itu baru dari satu sisi kenapa demikian sulit untuk memulai usaha di negeri kita, hingga daya saing kita lumpuh jatuh di bawah negara tetangga kita!" tumpal Umar.
"Harus ada pihak yang bisa merangkai semua sisi kesulitan itu agar semua hambatan bisa dibersihkan tuntas dan kaum muda kita ke depan bisa berusaha, tak cuma jadi kuli ke negara tetangga!" ***
0 komentar:
Posting Komentar