Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Bank Dunia Soroti Ketatnya Kredit!


"DALAM laporan perkembangan triwulan perekonomian Indonesia edisi Maret 2014, Bank Dunia menyoroti pengetatan kredit dari Bank Indonesia (BI), mengakibatkan pelambatan pertumbuhan penyaluran kredit dari 18% pada Januari 2013 menjadi 12,2% pada Desember 2013!" ujar Umar. 

"Kredit konsumsi yang mencakup 25% dari total kredit turun paling tajam, dari 20% pada pertengahan 2013 jadi 13,7% pada akhir 2013! (Kompas.com, 19/3). "Pengetatan kredit konsumsi oleh BI terutama dengan ketentuan uang muka 30% untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor—yang sebelumnya relatif ringan!" timpal Amir.

"Mengingat konsumsi merupakan andalan pertumbuhan ekonomi, terutama konsumsi rumah tangga yang tertekan oleh kebijakan pengetatan kredit BI itu, pertumbuhan ekonomi juga tertekan! Namun, Bank Dunia melihat belanja konsumsi temporer selama pemilu akan menjaga ekonomi masih tumbuh 5,3%." "Untung ada pemilu!" sambut Umar. 

"Jika tak ada pemilu, mungkin pertumbuhan ekonomi bisa melorot ke tataran 4%! Meski Bank Dunia mengakui rangkaian kebijakan BI untuk menekan inflasi pada 2013 itu berhasil pada awal 2014! Dari inflasi sepanjang 2013 sebesar 8,38%, pada Januari 2014 (yoy) jadi 8,2% dan Februari 2014 menjadi 7,7%!" 

 "Pengetatan kredit konsumsi domestik (rumah tangga) menjadi tantangan untuk dinetralisasi impact-nya antara di satu sisi menurunkan pertumbuhan ekonomi dan di sisi lain sebagai harga untuk menekan inflasi!" tegas Amir. 

"Masalahnya ada pada pilihan, apakah Indonesia memilih keseimbangan pada pertumbukan tinggi, seperti Brasil, China, India, dan Rusia, yang diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara maju, atau memilih keseimbangan pertumbuhan rendah—alon-alon waton kelakon dan terus tertinggal bahkan semakin jauh!" 

"Dari kebijakan pengetatan kredit sejak 2013, tampak Indonesia memilih berjalan di jalur lambat!" tukas Umar. "Untuk itu, dari laju pertumbuhan pada speed di atas 6, sengaja diturunkan ke speed yang lebih rendah—dari tumbuh 6,02% pada 2012 jadi 5,78% pada 2013!" 

 "Kebijakan uang ketat selain diterapkan dengan syarat formal seperti pada kredit konsumsi, juga diberlakukan lewat suku bunga tinggi!" tegas Amir. "Suku bunga tinggi utamanya untuk menahan agar dana asing betah! Jadi, dengan pilihan jalur lambat yang aman, kita bisa memberi keuntungan besar pada investor asing—dari rente yang dipikul dunia usaha dan masyarakat Indonesia!"

0 komentar: