"JUMAT sore (14/3) usai deklarasi Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden dari PDIP, rupiah menguat dari Rp11.400-an/dolar AS menjadi Rp11.300-an/dolar AS!" ujar Umar. "Di bursa saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) dari posisi merah segera menghijau dan ditutup menguat 3,22% atau naik 152,47 poin menjadi 4.878,64.
Direktur Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs menyebut sentimen pasar itu dengan Jokowi Effect! Tapi lazimnya sentimen pasar, sifatnya cuma sementara!" (Kompas.com, 17/3)
"Pernyataan Jacobs benar, Jokowi Effect itu cuma sementara!" timpal Amir. "Pada pembukaan pasar Senin pagi, sentimen itu tidak berlanjut, bahkan IHSG sempat turun hingga ke bawah 4.850!
Selanjutnya pasar kembali berjalan seperti biasa, kembali menguat tipis 3,15 poin pada pukul 09.30 menjadi 4.881,79 dikatrol saham terkait properti: Lippo Karawaci yang melonjak 7,05%, Semen Indonesia (SMGR) naik 6,72%, Ciputra Development menguat 4,57%, dan Sumarecon naik 3,57%!" "Meski sebagai sentimen pasar bersifat sementara, Jokowi Effect itu bisa dianggap sebagai isyarat, sebagai calon presiden Jokowi bisa diterima oleh pasar!" tegas Umar.
"Isyarat lain, para investor dunia yang bermain di pasar negeri kita itu juga menerima pemimpin yang berasal dari golongan berbeda dari yang berkuasa sekarang! Artinya, pasar siap menerima pergantian rezim!" "Tapi jauh lebih baik jika Jokowi Effect itu berlanjut pada hari-hari selanjutnya!" ujar Amir.
"Jika sentimen pasar berlanjut pada hari-hari berikutnya, bisa diasumsikan pasar bukan sekadar menerima, melainkan juga mendukung pemimpin baru tersebut! Apalagi kalau berlanjut lebih panjang lagi, Jokowi Effect itu meningkat jadi Jokowi Fever—demam Jokowi! Bukan lagi sebatas menerima dan mendukung, pasar telah merindukan kepemimpinan Jokowi!"
"Meski belum sejauh itu, Jokowi Effect dengan sentimen pasar yang terbatas itu saja sudan menunjukkan PDIP melangkah tepat mencuri momentum awal kampanye pemilu legislatif dengan menonjolkan bintangnya Jokowi—yang oleh berbagai survei berintegritas selalu di posisi teratas di antara calon presiden 2014!" tegas Umar.
"Apalagi, survei-survei itu sekaligus mengesankan perolehan dukungan yang besar buat Jokowi itu juga mengatrol perolehan suara PDIP—yang belakangan sering memuncaki hasil survei!" "Posisi PDIP dengan Jokowi-nya itu tentu menjadi tantangan bagi partai lain untuk mengalahkannya!" tukas Amir. "Apa yang dilakukan partai lain untuk menyaingi itu, menarik diuji ketangguhannya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar