"DALAM dua bulan pertama tahun ini, jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia melonjak dahsyat. Menurut data Bloomberg, ULN dalam Januari dan Februari 2014 bertambah 7,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp82 triliun!" ujar Umar.
"Perinciannya, pemerintah 4 miliar dolar AS lewat penerbitan global bond pada awal tahun dan utang swasta 3,2 miliar dolar AS—dengan 2,9 miliar dolar AS utang sindikasi bank untuk perusahaan Chairul Tanjung!" (Kompas.com, 6/3)
"Selamat kita ucapkan kepada pemerintah dan swasta yang memasukkan dolar sebanyak itu dalam waktu singkat, yang langsung menurunkan defisit neraca berjalan (current account)," timpal Amir.
"Dengan itu hampir bisa dipastikan defisit neraca berjalan sudah berada di bawah 3% dari produk domestik bruto (PDB), kondisi yang semakin mendekati ideal!
Ketegangan nasional akibat tekanan defisit neraca berjalan pun berhasil dikendurkan!" "Menarik di balik itu, porsi ULN sektor swasta terus meningkat," tukas Umar.
"Menurut data Bank Indonesia (BI), porsi utang swasta pada 2013 mencapai 53,21% atau naik menjadi 140,51 miliar dolar AS, dibanding 2012 sebesar 126,25 miliar dolar AS atau 50% dari total utang!"
"Pergeseran beban ULN ke pihak swasta itu merupakan gejala sehat karena selain mencerminkan tingkat kepercayaan internasional yang baik kepada para pengusaha Indonesia, juga terlihat pergeseran peran dalam pengelolaan ekonomi nasional dari gejala etatisme warisan Orde Baru ke sektor swasta secara lebih signifikan!" tegas Amir.
"Kemampuan menggali sumber dana dari luar negeri yang bersuku bunga rendah untuk pengembangan bisnis domestik amat penting untuk menyegarkan sistem ekonomi kita dari tekanan suku bunga tinggi! Di Jepang, misalnya, suku bunga acuan Bank Sentral-nya hanya 0,50%, di AS terakhir ini bahkan sempat 0,25%, dibanding di negeri kita sekarang ini 7,5%!"
"Utang untuk swasta dari sindikasi bank jelas lebih ringan dari menghimpun dana lewat tabungan atau deposito yang bunganya bersaing untuk menarik nasabah!" tegas Umar.
"Malah bunga obligasi (bond) untuk pinjaman pemerintah dari pasar bebas, lebih-lebih pemerintah negara berkembang, bunganya relatif tinggi. Obligasi pemerintah RI, misalnya, bunganya harus dibayar sekitar 9%/tahun!
Jadi, pergeseran ULN dan peran dalam pengelolaan ekonomi nasional secara bertahap juga meringankan beban utang negara!"
"Tapi kenapa global bond pemerintah awal tahun ini malah jauh lebih besar dari utang swasta?" kejar Amir.
"Itu menguji kepercayaan pasar global pada pemerintah pada masa akhir periode berkuasanya!" tegas Umar. "Ternyata dengan tingkat suku bunga yang menarik pasar masih percaya!" ***
0 komentar:
Posting Komentar