Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Ekspor Mebel, Kalah dari Vietnam!


"DALAM ekspor mebel, Indonesia kini sudah jauh tertinggal dari Vietnam dan Malaysia, yang 10 tahun lalu tidak ada apa-apanya dibanding negeri kita!" ujar Umar, mengutip pernyataan Soenoto, ketua Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI). "Pada 2013, dari total ekspor mebel dunia sebesar 124 miliar dolar AS, Indonesia hanya meraih pangsa 1,5% atau 1,7 miliar dolar AS, sedangkan Vietnam meraih lebih dua kali lipat dari Indonesia, yakni sebesar 4,2 miliar AS dan Malaysia 2,4 miliar dolar AS!" 

"Kemunduran dalam ekspor mebel ini mungkin akibat banyak masalah yang dihadapi para perajin kita!" timpal Amir. "Pertama masalah bahan baku yang belakangan makin sulit mendapatkan jenis kayu bagus di pasar! Untuk di Jawa mungkin masih ada kayu jati dari Perhutani, tetapi harganya yang amat mahal berat bagi perajin!

Sementara di luar Jawa, sejak moratorium penebangan hutan, bahan baku mebel sukar didapat, kecuali kayu karet asapan, yang kurang cocok buat mebel kualitas ekspor! Sementara untuk rotan, yang sebelumnya banyak didatangkan dari Kalimantan, belakangan hutannya habis dikaveling-kaveling untuk areal pertambangan, terutama batu bara! Kalaupun masih tersisa, jumlah dan kualitasnya tidak lagi seperti semula!" 

"Baru masalah bahan baku saja mood perajin bisa rontok!" tukas Umar. "Belum lagi masalah transportasi pengiriman barang ke luar negeri, mebel tidak bisa saling timpa dalam kontainer sehingga ekspor mebel makan ruang kontainer yang menyebabkan ongkosnya menjadi mahal! Agak beda andai mebel bisa di-knock down—apalagi completely knock down! 

Sayangnya, tipe mebel Indonesia—terutama mebel ukiran—sukar dikirim dalam protolan knock down!" "Belum lagi terkait persaingan global masalah promosi menjadi faktor mutlak!" timpal Amir. "Dukungan pemerintah untuk promosi mebel Indonesia di pasar dunia mungkin masih lebih besar harapan daripada realisasinya! 

Sementara untuk promosi sendiri, tentu masih berat bagi perajin! Akibatnya, ekspor mebel Indonesia menjadi pecundang melawan Vietnam dan Malaysia!" "Untuk itu, seperti juga dalam banyak bidang lainnya, dalam kegiatan ekspor mebel ini kita juga dituntut untuk banyak berbenah!" tegas Umar. 

"Bahkan berbenah dari membangun barisan baru perajin dengan mendidik dan melatih keterampilannya hingga bisa menghasilkan produk yang mampu bersaing global! Rekrutmen perajin baru itu penting untuk perluasan manfaat kenaikan ekspor mebel nantinya: tidak terbatas hanya dinikmati produsen lama yang itu-itu saja! Dalam perang dagang, jelas penting memperbesar pasukan!" ***

0 komentar: