"DEMOKRASI era Pilpres 2014 menjadi milik rakyat tak lepas dari menjamurnya sukarelawan capres-cawapres di luar koalisi dan partai, baik di kubu Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK!" ujar Umar. "Ribuan kelompok sukarelawan dan perorangan hadir menggalang dukungan dari dunia maya hingga di tengah masyarakat! Mereka itu para profesional, pesohor, sampai warga dengan inisiatif dan biaya sendiri!"
"Antarsukarelawan bersaing menarik pemilih!" timpal Amir.
"Para artis kubu Jokowi-JK mencipta lagu kampanye Salam Dua Jari, kubu Prabowo-Hatta lagu Garuda di Dadaku! Artis kedua kubu show keliling dari kota ke kota atas biaya dan prakarsa sendiri! Bahkan Konser Salam Dua Jari di Stadion Gelora Bung Karno diakui berhasil membuat rebound suara Jokowi-JK!"
"Munculnya sukarelawan yang masif menjadi fenomena baru dalam sejarah pemilu di Indonesia!" tegas Umar. "Para sukarelawan tumbuh tanpa komando terpusat, bergerak secara mandiri dan dinamis. Para sukarelawan itu rakyat yang dengan kesadaran penuh melibatkan diri dalam proses politik.
Mereka mengajak untuk memilih dengan menggunakan berbagai sarana, dengan tenaga dan bahkan dana sendiri," (Kompas.com, 18/8) "Kompas.com merujuk teori demokratisasi Barrington Moore, munculnya sukarelawan dalam pilpres itu berarti demokrasi di Indonesia sudah semakin matang," kutip Amir.
"Moore dalam buku The Social Origin of Dictatoeship and Democracy menyebut banyaknya kelas menengah yang berperan dalam politik pertanda kualitas demokrasi di sebuah negara telah meningkat." "Setelah demokrasi menjadi milik rakyat dengan kualitas sedemikian baik, tak ayal memantapkan keyakinan rakyat pada sistem demokrasi yang sempat jenuh oleh tingkah elite politik korup yang mau senangnya sendiri saja!" tukas Umar.
"Hasil survei SMRC pasca-pilpres (21—26 Juli) mencatat, 74,5% responden ingin demokrasi tetap terawat di negeri ini. Sebanyak 75,7% responden menyatakan demokrasi cocok untuk Indonesia! Dari 57,3% responden yang meyakini demokrasi adalah sistem politik terbaik yang kita miliki, 59% pemilih Prabowo meyakini hal itu!" (Kompas.com, 18/4)
"Itu pertanda demokrasi sebagai milik rakyat bukan cuma rakyat pendukung Jokowi-JK, melainkan juga pendukung Prabowo-Hatta!" sambut Amir. "Jadi, usaha elite kubu Prabowo merenggut demokrasi dari rakyat lewat segala cara, kontraproduktif bagi partai koalisinya—tarik tambang elite dengan rakyat, kalah-menang tetap memilah elite dari rakyat!" *** (Habis)
0 komentar:
Posting Komentar