"PDB—Produk Domestik Bruto—Indonesia triwulan II 2014 tumbuh 5,12%, sebagai pertumbuhan terendah sejak 2009," ujar Umar. "Menurut Kepala BPS Suryamin, pertumbuhan tersebut lebih rendah dari triwulan I 2014, 5,17%." (Bisnis.com, 5/8)
"Penyebab makin lemahnya pertumbuhan itu salah satunya akibat defisit neraca perdagangan April 2014 sebesar 1,96 miliar dolar AS!" timpal Amir.
"Apalagi, meski neraca perdagangan Mei 2014 surplus sebesar 69,9 juta dolar AS, defisit neraca perdagangan Juni 2014 kembali besar, 305,1 juta dolar AS! Sehingga total defisit triwulan II 2014 jadi lebih dari 2,2 miliar dolar AS!"
"Meski pertumbuhan yang masih di atas 5%, kata Gubernur BI Agus Martowardojo masih bisa disebut sebagai prestasi!" tukas Umar. "Pasalnya, ekonomi dunia masih dalam tahap pemulihan sehingga tidak banyak negara yang bisa menyamai pencapaian itu!" (detik Finance, 5/8)
"Realitasnya begitu!" sambut Amir. "Tapi, dengan kondisi objektif pertumbuhan triwulan II 2014 terendah sejak 2009 dengan laju pertumbuhan yang terus melambat, menghibur diri dengan prestasi yang makin merosot juga kurang bijak!
Lebih-lebih kalau negara-negara industri yang mengalami krisis, terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas dalam lima tahun terakhir, kita sebagai negara sumber komoditas dari kekayaan alam mineral hasil tambang dan pangan seharusnya menarik manfaat besar dari kenaikan harga komoditas tersebut!"
"Kenyataannya justru ekonomi negeri kita terseok oleh beratnya impor BBM dan impor hasil pertanian—dari gandum, kedelai, daging sapi, garam, sampai buah-buahan—semuanya jadi penyebab utama defisit perdagangan dan defisit current account!" tegas Umar.
"Karena itu, tim transisi presiden baru harus bisa mencari landasan baru pengelolaan ekonomi agar dalam jangka menengah bisa mencapai swasembada pangan, dan sumber daya alam efektif bagi perekonomian bangsa!
Dengan itu kita bisa keluar dari trio defisit—defisit APBN, defisit perdagangan, dan defisit neraca pembayaran!" "Kalau pemerintahan sekarang sampai berakhir dua periode berkuasa belum berhasil lolos dari jerat trio defisit itu, jelas tak semudah membalik telapak tangan pemerintahan baru bisa lolos!" tukas Amir.
"Tapi dengan penyelesaian masalah demi masalah lewat blusukan, jerat itu akan kian kendur dengan terurainya helai-helai benang yang kusut! Kuncinya, tak ada pembiaran masalah seperti selama ini!" ***
0 komentar:
Posting Komentar