Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Saran Stiglitz untuk Indonesia!


"PERAIH Nobel ekonomi 2001 Joseph Stiglitz menyarankan negara berkembang termasuk Indonesia bersiap menghadapi krisis ekonomi global mendatang akibat orientasi kebijakan negara-negara maju hanya kepentingan domestiknya semata!" ujar Umar. "Itu terbukti dekade terakhir yang berakibat buruk pada perekonomian dunia!" (Antara, 25/8) 

 "Stiglitz menyampaikan itu lewat Muslimin Anwar, wakil Indonesia dalam pertemuan ekonom sedunia bersama para pemenang Nobel di Jerman," timpal Amir. "Contohnya kasus kredit macet perumahan di AS 2008 dan krisis keuangan di Eropa sejak 2010 yang memicu krisis global! Tegas Stiglitz, negara maju tak boleh lagi hanya memikirkan kepentingan domestiknya dalam mengambil kebijakan ekonomi!"

"Sependapat dengan Stiglitz, menurut Muslimin Anwar, Indonesia harus mengerjakan reformasi struktural dengan meningkatkan daya saing ekspor dan kemandirian ekonomi guna membawa defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat," tegas Umar. 

"Untuk itu Indonesia perlu menggunakan teknik pengelolaan neraca modal dan finansial—capital control management technique." "Dengan capital control yang terkelola baik, negara berkembang yang memiliki cadangan devisa besar akan berada dalam posisi menguntungkan dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi global!" imbuh Amir. 

"Stiglitz tekankan pentingnya kerja sama moneter global karena kebijakan negara maju berpengaruh mendunia!" "Masalahnya kembali ke Indonesia, harus melakukan reformasi struktural, mengurangi laju impor yang tak berhasil dilakukan satu dekade terakhir!" tukas Umar, 

"Sebaliknya, Indonesia semakin terbenam industri substitusi impor, yang cuma merakit komponen jadi dari luar negeri baik yang terurai (CKD) maupun tinggal pasang antarbagian (SKD) seperti produk elektronik! 

Sementara industri manufaktur yang mengolah dari bahan mentah lokal sampai barang jadi perannya justru merosot dalam PDB, dari 28,58% pada 2004 jadi 23,69% pada 2013." "Merosotnya peran manufaktur berakibat ketertinggalan Indonesia dari tetangga dalam hilirisasi industri pengolahan sumber daya alam (SDA) dan pertanian—akibat terlalu jor-joran ekspor komoditas mentah!" ujar Amir. 

"Dipaksa setelah terlambat jauh, malah berakibat stagnasi ekspor—defisit perdagangan dan neraca berjalan jadi laten! Perlu waktu lagi untuk memulai reformasi struktural di industri, hingga semakin kalah bersaing!" ***

0 komentar: