"KETIKA Jokowi menetapkan Rini Sumarno sebagai pimpinan kantor transisi, sedang Anies Baswedan cuma jadi deputi, banyak orang mencari rasionalitas pilihan Jokowi itu!" ujar Umar. "Jawabnya di data BPS; selama sedekade SBY berkuasa terjadi deindustrialisasi, sumbangan industri manufaktur pada PDB tahun 2004 sebesar 28,34%, pada 2013 turun jadi 23,69%!"
"Tahun 2004 itu akhir era Megawati di mana Rini Sumarno menjabat menterii Indag! Sebelum diangkat jadi menteri, Rini CEO di Astra Internasional, rumpun usaha industri terkemuka di Asia!" timpal Amir. "Dengan itu bisa ditebak, pilihan Jokowi pada Rini Sumarno untuk membalik arah deindustrialisasi kembali ke pertumbuhan yang sehat, sebagai andalan PDB!"
"Manufaktur itu industri pengolahan yang memproses dengan mesin bahan mentah sampai jadi produk siap pajang di toko!" tutur Umar. "Manufaktur memberi nilai tambah yang signifikan bagi komoditas lokal baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Lebih dari itu, industri manufaktur padat karya, menyerap banyak pekerja!"
"Era SBY juga sebenarnya menargetkan peningkatan sumbangan manufaktur jadi PDB 40%, tapi gagal!" tukas Amir. "Alasan utamanya karena krisis ekonomi global! Tapi China pada saat yang sama mampu meningatkan peran manufaktur hingga mencetak pertumbuhan ekonomi di atas 10% serahun dalam dekade lalu!
Sedang Indonesia, kementerian perindustrian awal 2013 menargetkan pertumbuhan industri manufaktur 7,14%, kemudian direvisi jadi 6,5%, realisasinya 5,56%."
"Untuk tumbuh lebih 6%, melampaui prestasi SBY selama ini, Jokowi harus mampu memompa pertumbuhan sektor manufaktur di atas 10% per tahun!" timpal Umar.
"Dengan kelas menengah Indonesia berpendapatan di atas 2 dolar AS/hari menurut Bank Dunia di atas 50% dari penduduk, pasar domestik bisa jadi andalan produk manufaktur sebagai substitusi penurunan ekspor akibat krisis pasar internasional!"
"Tapi proses deindustrialisasi juga dipicu oleh faktor-faktor dalam negeri yang tak kunjung bisa diatasi pemerintah!" tegas Amir. "Bank Dunia lewat siaran persnya 10 -10-2012 telah mengingatkan penyebab deindustrialisasi, yakni biaya transportasi dan logistik tinggi, sulitnya mengakses pinjaman bank, kurangnya transparansi dan kepantian hukum, diiringi apresiasi nilai rupiah, serta naiknya upah buruh. Artinya banyak masalah yang harus diatasi untuk membalik arah manufaktur dari deindustrialisasi jadi andalan PDB!" ***
0 komentar:
Posting Komentar