"PADA 10 Agustus 2014, usia harian Lampung Post genap 40 tahun. Di tanggal sama 40 tahun lalu, Lampung Post lahir atas 'perkawinan' Mingguan Pusiban dan Mingguan Independen, setelah yayasan kedua penerbit merger dalam Yayasan Masa Kini!" ujar Umar.
"Pusiban didirikan 1969 oleh Solfian Akhmad, M. Tahir Rajakapitan, Arsyad Effendy, dan M. Harun Muda Indrajaya. Independen didirikan Ahmad Fuad dan kawan-kawan."
"Lampung Post diterbitkan sebagai pers daerah berwawasan nasional, dengan moto Abdi Bangsa dalam Pembangunan," timpal Amir. "Itu sebuah loncatan sikap saat itu karena pers Lampung masa itu umumnya berorientasi berita lokal, terutama kriminalitas, karena untuk berita nasional didominasi pers Ibu Kota yang menguasai pasar Lampung."
"Kuatnya jaringan pasar pers Ibu Kota dengan segmen pembaca masing-masing, membuat Lampung Post harus berjuang keras untuk mampu bertahan hidup," tegas Umar. "Hingga suatu hari, untuk ongkos cetak saja sulit didapat!
Solfian Akhmad terpaksa minta kerelaan istrinya, Lindriyati, untuk melepas gelang dari tangannya guna melanjutkan penerbitan Lampung Post! Itulah pengorbanan untuk Lampung Post hingga mampu bertahan di usianya 40 tahun sekarang!"
"Tentu tidak terhitung pengorbanan yang telah diberikan banyak orang dan banyak dimensinya dalam mempertahankan kehidupan sebuah koran di daerah, yang di seluruh provinsi Indonesia amat sedikit koran harian mampu bertahan melintas zaman!" timpal Amir.
"Berkat keuletan semua personal Lampung Post, dari pimpinan sampai koresponden di daerah, pada 1986, badan hukum Yayasan Masa Kini ditingkatkan menjadi PT Masa Kini Mandiri, dan membeli mesin percetakan sendiri! Era baru, mutu cetak Lampung Post bersaing dengan koran Ibu Kota!" "Era baru itu membuka peluang Lampung Post mendapat program Koran Masuk Desa dari Departemen Penerangan RI," lanjut Umar.
"Sekaligus bergabung ke Pemasaran Bersama Pers Daerah di Gedung Dewan Pers, bersama Surabaya Post, Waspada, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Haluan, Pedoman Rakyat, Banjarmasin Post, dan Bali Post."
"Reposisi itu menempatkan Lampung Post menjadi mainstream sumber informasi masyarakat Lampung!" tegas Amir. "Namun, konsekuensinya, dengan pengaruh kuat di masyarakat, beritanya tentang peristiwa Talangsari dinilai merugikan pihak tertentu, kantor Lampung Post diserang dengan bom molotov!" ***
0 komentar:
Posting Komentar