"LEWAT gayanya yang khas ceplas-ceplos, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sang Wakil Gubernur DKI Jakarta, dalam bincang dengan Metro TV Senin (4/8) mengatakan kurang setuju aturan Jakarta sebagai kota tertutup yang melarang urbanisasi—orang luar kota masuk—ke Ibu Kota!" ujar Umar. "Tukas Ahok, urbanisasi itu usaha untuk mengubah nasib, masak orang tak boleh mengubah nasib di Jakarta?"
"Diperkirakan 300 ribu sampai 500 ribu orang urbanisasi ke kota selama mudik Lebaran ini, 65 ribuan orang ke Jakarta!" timpal Amir. "Tenaga pendatang baru itu dibutuhkan kelas menengah baru yang berkembang di Jakarta, tegas Ahok."
"Tapi Ahok mengakui, di antara pendatang itu ada pengemis, gelandangan, dan yang tinggal di bantaran kumuh, hingga harus dijaring dan dikembalikan ke kampungnya dengan perjanjian kalau datang lagi siap dipidana!" tegas Umar.
"Di sisi lain, Ahok mengingatkan bersamaan itu sering ada pengusaha nakal yang mendatangkan pekerja di bawah umur untuk pabriknya dengan gaji rendah—jauh di bawah UMR! Ini harus diwaspadai!"
"Pandangan diskriminatif bahwa suatu fasilitas serbalengkap yang dibangun negara di kota-kota besar bersifat enklave (hanya boleh dinikmati warga sekitar fasilitas tersebut), sedangkan sesama warga negara dari kawasan lain dilarang masuk lokasi itu, sudah ketinggalan zaman!" tukas Amir.
"Pendekataan kekinian sebaliknya, makin tinggi tingkat urbanisasi hingga di kawasan desa tinggal 20-an persen penduduk, menunjukkan tercapainya tingkat keseimbangan negara maju! Dengan begitu, pembangunan fasilitas modern cukup terkonsentrasi di kota-kota besar, penduduk yang mendatanginya, bukan dengan membangun fasilitas serupa merata di seantero negeri yang satu milenium pun belum tentu selesai!"
"Di sisi lain, seperti di AS, Jepang, dan Eropa, 20-an persen warga yang tersisa di desa mendapatkan luas lahan pertanian cukup untuk memakmurkan keluarga mereka, sekaligus mencukupi (surplus) pangan nasional!" timpal Umar.
"Jadi, keseimbangan lebih cepat dicapai jika laju urbanisasi berjalan lebih cepat! Logikanya, membiarkan orang berbondong-bondong untuk ikut menikmati fasilitas kota-kota besar lebih cepat daripada membangun fasilitas sejenis dan setara kota besar ke desa-desa seantero negeri! Keadilan antarsesama warga lebih cepat dicapai lewat membuka kesempatan sama untuk meraihnya, daripada mendistribusikan fasilitas sama ke tempat mereka semua tinggal di wilayah seluas negeri!" ***
0 komentar:
Posting Komentar