Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Merawat Kemerdekaan Bangsa!


"KEMERDEKAAN adalah milik berharga bagi bangsa! Sebagai milik berharga, seperti rumah dan mobil, harus dirawat. Demikian pula kemerdekaan," ujar Umar. "Kalau merawat rumah dan mobil perlu biaya, waktu dan kesediaan berkorban lain, sama halnya dengan kemerdekaan! Bahkan, untuk merawat kemerdekaan, dituntut pengorbanan lebih besar setara arti kemerdekaan bagi bangsa!" 

"Merawat itu berarti menjaga agar tetap baik, lalu diupayakan tumbuh-kembang sehingga kualitasnya makin baik bagi kehidupan berbangsa!" timpal Amir. "Ada banyak contoh cara warga merawat kemerdekaan bangsa. Masyarakat Aceh, misalnya, di awal kemerdekaan gotong royong menyumbangkan harta miliknya dari gelang dan kalung emas sampai hasil jual ternaknya untuk membeli pesawat terbang pertama milik RI."

"Orang Lampung lain lagi," tegas Umar. "Seperti di Tulangbawang 1970-an, tokoh-tokoh adat empat marga menyerahkan tanah ulayat mereka kepada pemerintah untuk mencukupkan kebutuhan lahan transmigrasi! 

Masyarakat kala itu memilih menyerahkan tanah ulayat mereka agar kawasan hutan lindung di sekitar mereka yang terdaftar dengan Register 45, 46, dan 47, bisa tetap lestari!" "Jadi, tidak semua lahan transmigrasi di Tulangbawang tanah negara bekas hutan produksi?" kejar Amir. 

"Bisa dicek, kawasan hutan lindung yang disebut dengan register-register itu terpisah dari lahan transmigrasi!" tegas Umar. "Begitulah ekspresi masyarakat adat Tulangbawang merawat kemerdekaan bangsa ini, berbagi tanah miliknya yang paling berharga kepada saudara sebangsa! 

Tanah ulayat itu diserahkan secara ikhlas tanpa imbalan ganti rugi apa pun yang bersifat transaksional!" "Demikian luhurnya tindakan masyarakat negeri dalam integrasi ke NKRI!" sambut Amir. 

"Karena itu, alangkah naifnya elite politik kini yang mengelola kehidupan bernegara-bangsa secara transaksional, semisal menyewakan perahu untuk calon di pemilukada dengan tarif aduhai, juga untuk meraih suara di pemilu!" 

 "Lebih parah lagi, elite politik terkesan lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan semata, seolah tidak peduli dengan perpecahan masyarakat akibat tindakannya!" tukas Umar. "Boro-boro merawat persatuan dan kesatuan seperti dilakukan masyarakat daerah, elite politik bahkan gemar memprovokasi, menyulut permusuhan lewat fitnah demi meraih kekuasaan!" ***

0 komentar: