Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Harga Premium Turun, Beras Naik!

PRESIDEN Joko Widodo mengumumkan harga bahan bakar minyak (premium dan solar) turun lagi mengikuti penurunan harga minyak mentah dunia di Istana Merdeka, Jumat (16/1) siang. Harga premium dari Rp7.600/liter menjadi Rp6.600/liter dan solar dari Rp7.250 menjadi Rp6.400/liter. 

Sejalan dengan penurunan harga BBM itu, Presiden berharap harga barang-barang kebutuhan pokok rakyat juga ikut turun. Hal itu dia kemukakan karena penurunan harga BBM sebelumnya, dari Rp8.500/liter menjadi Rp7.600/per liter per 1 Januari 2015, tak diikuti dengan penurunan harga bahan pokok. Padahal, harga barang-barang sempat terdongkrak naik oleh kenaikan harga BBM November 2014.

Harapan Presiden untuk turunnya harga kebutuhan pokok itu tak mudah terpenuhi untuk harga beras. Pasalnya, rapat Kabinet Kerja bidang ekonomi pada Rabu (14/1) telah menyetujui menaikkan 10% harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras petani, dari harga gabah kering giling (GKG) terakhir Rp4.200/kg dan beras Rp6.600/kg. (detikcom, 14/1) Lazimnya, sejak era Presiden Soeharto HPP gabah petani disesuaikan dengan inflasi setiap 1 Februari. 

Tapi HPP terakhir itu berlaku sejak 2012 belum disesuaikan, padahal inflasi 2013 sebesar 8,38% dan 2014 sebesar 8,36%. Tanpa penyesuaian HPP gabah pada 1 Februari 2015 ini, daya beli petani sudah merosot terlalu jauh, hingga beban hidup petani semakin berat. 

Karena itu, kenaikan HPP 10% dari GKG Rp4.200 menjadi Rp4.620/kg dan beras dari Rp6.600 menjadi Rp7.260/kg akan membantu meringankan beban petani yang sempat jadi korban pembiaran dari penyesuaian harga produksi utamanya. 

Namun, dengan itu harapan Presiden agar harga barang-barang kebutuhan pokok turun sejalan dengan turunnya harga BBM tak terjadi dengan serta-merta. Karena, jika harga BBM berpengaruh pada harga barang akibat share-nya dalam ongkos angkut, harga beras justru merupakan standar daya beli rakyat lapisan terbawah yang lebih 50% penghasilannya hanya untuk membeli beras! 

Jadi, naik turunnya harga beras lebih berpengaruh pada rakyat lapisan bawah, termasuk buruk pabrik, hingga bahkan bisa lebih penting dari naik-turunnya harga BBM. Artinya, pemerintah harus membuat beraneka kebijakan lagi yang bisa lebih memudahkan rakyat mendapatkan barang kebutuhan hidupnya dengan harga terjangkau, seperti daging sapi yang jauh terlalu mahal dari harga produksi sesungguhnya! Juga banyak barang lainnya yang dikuasai mafia! ***

0 komentar: