WAKIL Ketua KPK Bambang Widjojanto Jumat pagi (23/1) ditangkap Bareskrim Polri saat mengantar anaknya sekolah. Ia ditangkap untuk sangkaan menyuruh orang memberikan keterangan palsu di sidang MK pada kasus sengketa Pemilukada Kotawaringin Barat, Kalteng, 2010.
Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Ronny Sompie, Bambang Widjojanto sudah ditetapkan sebagai tersangka dengan tiga alat bukti, yakni keterangan saksi-saksi, dokumen, dan keterangan saksi ahli.
Kasus ini berasal dari laporan anggota Komisi III DPR 2014—2019 dari PDIP daerah pemilihan Kalteng Sugianto Sabran, diterima Bareskrim 15 Januari 2015. (ROL, 23/1)
Penangkapan Bambang Widjojanto itu bisa diasumsikan sebagai rangkaian dari serangan balik ke KPK setelah menetapkan Komjen Budi Gunawan jadi tersangka korupsi, Selasa (13/1). Budi Gunawan oleh Presiden Jokowi diajukan ke DPR sebagai calon tunggal Kapolri.
Sehari setelah ditetapkan sebagai tersangka, Komisi III DPR menyetujui Budi Gunawan sebagai calon Kapolri, esoknya keputusan Komisi III itu disetujui paripurna DPR.
Serangan balik pertama ke KPK dilakukan lewat media sosial dengan mengunggah sejumlah foto mesra wajah mirip Ketua KPK Abraham Samad dengan wanita ayu.
Serangan ini segera tumpul setelah pakar telematika Roy Suryo mengatakan foto-foto yang dilihatnya di media sosial itu gambar kolase, hasil tempel-menempel.
Serangan kedua dari Plt. Sekjen PDIP Hasto Kristianto lewat jumpa pers Kamis (22/1) menyebutkan Ketua KPK Abraham Samad memakai topi hitam dan masker hijau lima kali bertemu orang-orang parpol koalisi pendukung Jokowi sebagai calon presiden.
Kehadiran Abraham untuk dipasangkan jadi calon wakil presiden pasangan Jokowi. Menurut Hasto, Abraham melanggar etika karena menyalahgunakan jabaran ketua KPK untuk berburu kekuasaan!
Pernyataan Hasto telah dibantah Abraham Samad, dia sebut sebagai fitnah.
Menyikapi penangkapan Bambang, sejak pagi aktivis antikorupsi, Denny Indrayana, Butet Kertarejasa, Romo Magnis Suseno, dan puluhan tokoh lainnya datang ke KPK menyampaikan dukungan pada KPK dalam memberantas korupsi.
Sikap itu berbeda dengan para politikus yang terkesan kurang peduli pada korupsi yang menyengsarakan rakyat sehingga Komjen Budi Gunawan yang telah jadi sebagai tersangka korupsi tetap didukung para politikus DPR menjadi calon Kapolri.
Bagi masyarakat antikorupsi, semua itu hanya merupakan tayangan ulang kisah “Cicak vs Buaya” yang bisa menghambat usaha pemberantasan korupsi! ***
0 komentar:
Posting Komentar