TIGA pria berpakaian dan penutup kepala hitam dengan senjata Kalashnikov, Rabu (7/1), menyerang kantor majalah satir Charlie Hebdo di Paris, menewaskan 12 orang jurnalis dan kartunis, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonner.
Para pemimpin muslim Prancis hari itu juga mengecam keras serangan maut itu, "Aksi barbar ini merupakan serangan terhadap demokrasi dan kebebasan pers," ujar pernyataan resmi Dewan Muslim Prancis (CFCM), organisasi warga muslim Prancis, komunitas muslim terbesar di Eropa antara 3,5 juta—5 juta jiwa. (Kompas.com., AFP, 7/1)
Presiden CFCM Dalil Boubakeur, yang juga pemimpin Masjid Paris, menegaskan, "Dalam situasi internasional yang tegang dipicu kelompok-kelompok teroris yang secara serampangan mengatasnamakan Islam, kami menyerukan kepada semua yang menyepakati nilai-nilai republik dan demokrasi agar menghindari provokasi.
Komunitas warga muslim harus mempraktikkan kegigihan melawan kemungkinan manipulasi yang dilakukan kelompok-kelompok ekstremis."
Sementara organisasi yang dekat dengan Ikhwanul Muslimin, Persatuan Organisasi Muslim Prancis (UOIF), juga mengecam serangan ke kantor majalah Charlie Hebdo itu dengan menyebut aksi itu sebagai sebuah pembunuhan keji.
Lebih lugas lagi Imam Masjid Bordeaix, Thareq Oubrou, mengajak umat muslim turun ke jalan untuk memprotes serangan itu. Oubrou yang menjembatani dialog Islam-Kristen mengatakan serangan ke Charlie Hebdo itu sama seperti serangan terhadap Amerika pada 11 September. Ia mengingatkan peristiwa 11 September telah menyengsarakan banyak orang, terutama dampaknya bagi negara-negara muslim.
Stephane Charbonner, pemimpin redaksi Charlie Hebdo, diketahui sudah beberapa kali mendapat ancaman pembunuhan akibat sejumlah publikasi majalah itu yang kerap dianggap menghina Islam. Selama ini Stephane hidup dalam pengawalan aparat keamanan.
Pada 2006, Charlie Hebdo mencetak ulang 12 kartun tentang Nabi Muhammad saw. yang sempat diterbitkan harian Denmark, Jylands Posten. Setiap diprotes karena menghina agama, redaksi Charlie Hebdo berkilah yang mereka lakukan adalah kebebasan berekspresi.
Tingkah kelompok yang gemar menghina Islam sering menyulut amarah warga muslim di Eropa. Tapi, tindakan teroris menyerang penghina Islam itu akibatnya lebih menyulitkan warga muslim Eropa dan negara-negara Barat lainnya. ***
0 komentar:
Posting Komentar