KEPALA Badan Pusat Statistik Suryamin menyatakan penurunan jumlah penduduk miskin sejak 2009 relatif melandai atau tidak berkurang signifikan meski berbagai upaya telah dilakukan pemerintah. Agar tidak terus melandai, menurut dia, harus ada penanganan superkhusus mengatasi kemiskinan (Kompas.com, 3/1).
BPS mencatat jumlah penduduk miskin pada September 2014 sebesar 27,73 juta orang atau 10,96% dari jumlah penduduk, turun dari 28,6 juta orang atau 11,46% September 2013. Jadi, hanya turun 0,5%. Garis kemiskinan September 2014 pada konsumsi Rp312,328/kapita/bulan. Itu peningkatan garis kemiskinan 3,17% dari Rp302,735 pada April 2014, dengan kenaikan harga bahan makanan lebih besar dari bukan makanan.
Sebab itu, selain penanganan superkhusus yang dituntut Suryamin, pemerintah juga dia harapkan berupaya lebih maksimal dalam menjaga harga kebutuhan pokok agar tidak meningkat tinggi karena warga miskin sangat rentan terhadap kenaikan harga komoditas.
Tapi, inflasi di Indonesia selalu tinggi, 8,38% pada 2013 dan 8,36% pada 2014.
Berbagai upaya mengatasi kemiskinan dilakukan pemerintah, dari PNPM, raskin, sampai BLT atau Balsem, dengan total anggaran pernah dihitung Kompas dalam tahun-tahun terakhir lebih Rp100 triliun/tahun!
Tapi, hasilnya masih seperti yang dikemukakan Suryamin: landai.
Hal itu terjadi karena kebanyakan program mengatasi kemiskinan itu bersifat terlalu umum sehingga tidak fokus pada jantung masalah kemiskinan!
Bahkan, ada yang cuma bunga-bunga, hiasan di tepi piring makan—yang justru sering tak dimakan!
Karena itu, Suryamin menuntut upaya atau penanganan yang bersifat superkhusus, mungkin sejenis program yang dijalankan Muhammad Yunus di Bangladesh dengan membagikan kredit Grameen Bank langsung kepada kaum ibu untuk aktif membuka usaha membantu suaminya cari makan!
Suryamin pasti menghitung dengan cermat, kalau ada penghasilan tambahan untuk keluarga miskin yang disumbangkan para istri, garis kemiskinan yang sekarang hampir terjangkau itu bisa lebih cepat dilampaui!
Tentu, berbagai upaya superkhusus yang lain lagi perlu diciptakan sehingga cukup variasinya untuk mengakomodasi aneka bidang kemampuan dan minat para ibu.
Artinya, segala usaha dari yang bersifat sangat umum hingga yang superkhusus harus dijalankan secara saksama untuk mengarasi kemiskinan.
Kaum miskin pun harus dapat kesempatan bancakan, bukan elite saja yang bancakan terus! ***
0 komentar:
Posting Komentar