IRONIS! Infrastruktur—jalan, pelabuhan, listrik, dan sebagainya—dibangun agar investasi masuk untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nyatanya, kondisi desa-desa kawasan Jababeka, Cikarang, Bekasi, lokasi 6.000 perusahaan industri beroperasi, kemiskinan rakyatnya justru memprihatinkan! (Kompas.com, 11/1)
Itu hasil blusukan Menteri Desa, Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jafar ke kawasan itu Minggu (11/1).
Warga desa yang didatanginya mengeluh banjir jadi acap melanda desanya karena lahan serapan air berubah jadi pabrik. Udara juga tercemar asap cerobong sehingga warga sesak napas. Atas semua nasib buruk warga itu, perusahaan di sekitarnya tak pernah mau peduli!
Parahnya kemiskinan kawasan industri terbesar di Asia Tenggara itu tecermin pada data Dinas Sosial Pemkab Bekasi. Sampai 2014 tercatat sedikitnya 450 ribu jiwa penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).
Apa indikator ratusan ribu orang tersebut masuk golongan PMKS?
Pertama, kepala keluarga berpenghasilan kurang dari Rp600 ribu/bulan.
Kedua, mereka tidak mendapat asupan protein selama satu minggu.
Ketiga, tidak mampu membeli satu setel pakaian setiap tahun untuk setiap anggota keluarganya.
Keempat, mereka tidak memiliki tabungan atau harta tidak bergerak yang laku dijual.
Dan kelima, tidak tamat sekolah dasar!
Salah satu penyebab kemiskinan warga lokal tambah parah di kawasan industri itu, karena tak ada prioritas kesempatan kerja untuk warga lokal, sehingga tersisih oleh pendatang dengan kualifikasi lebih baik untuk pekerjaan industrial.
Ironi parahnya kemiskinan di kawasan industri yang bertetangga dengan Ibu Kota negara itu layak dijadikan pelajaran para pemimpin daerah. Terutama, tidak berlebihan mengunggulkan investasi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, malah dengan mengorbankan hal-hal kecil yang sesungguhnya justru efektif manfaatnya bagi rakyat!
Misalnya, kepala daerah lebih banyak membawa rombongan pejabat dan legislator untuk mencari investor ke luar negeri. Di sisi lain, enggan menengok langsung penderitaan rakyat daerahnya, setiap kunjungan kerja ke daerah sendiri naik helikopter langsung ke lokasi acara.
Celakanya, setelah anggaran habis untuk rombongan menemui investor, investasi yang diharapkan tak jadi masuk pula! Maka itu, lebih baik prioritaskan setiap sen anggaran untuk hal-hal konkret yang benar-benar bermanfaat meningkatkan kesejahteraan rakyat! ***
0 komentar:
Posting Komentar