Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Jepang Terbitkan UU ‘Cuti Paksa’!

PARA karyawan di Jepang sangat “malas” untuk mengambil cuti. Menurut Yomiuri Shimbun, sepanjang 2013 mereka hanya mengambil kurang dari separuh jatah cuti. Untuk “memaksa” mereka mau cuti dan berlibur, pemerintah Jepang pada Jumat (9/1) menerbitkan undang-undang (UU) baru. (Kompas.com, 9/1) Dengan UU baru itu pemerintah Jepang berharap bisa meningkatkan angka liburan para karyawan hingga 70 persen pada 2020. 

Kualitas manusia Jepang masuk 10 besar dunia dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 91,2 pada 2013. (Bandingkan, target pemerintahan Jokowi IPM Indonesia 76,3 pada 2019). Jepang negara industri maju dengan skala ekonomi terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat. Tapi posisi itu dekade terakhir ini mulai digeser oleh Tiongkok, sementara pertumbuhan ekonomi Jepang sendiri November 2014 lalu minus.

Kecenderungan “enggan cuti” itu ketika pertumbuhan ekonomi melambat justru dimanfaatkan banyak perusahaan Jepang yang meminta karyawannya bekerja lebih keras. Banyak karyawan muda yang kerja lembur lebih 100 jam sebulan. 

Para karyawan itu mengatakan mereka yang mengambil cuti pada masa kesulitan ekonomi seperti saat ini berisiko dianggap tak memiliki komitmen. Akibatnya, kasus karoshi—meninggal karena terlalu keras bekerja—kini menimpa semua lapisan usia karyawan, dari yang tua hingga muda. Hasil studi Institut Pelatihan Kebijakan Tenaga Kerja Jepang menyebutkan lebih dari separuh karyawan di negeri itu mengatakan mereka tak sempat berlibur karena beban kerja yang terlalu banyak. 

Namun, hampir dua pertiga karyawan di Jepang ternyata enggan mengambil jatah cuti karena merasa sungkan pada rekan kerja mereka. Para ahli pada 1970-an saat terjadi krisis energi dunia pertama melihat workaholy (gejala gila kerja) pada orang Jepang merupakan ekspresi dari kultur Bushido, sekaligus sebagai dasar nasionalisme mereka. 

Pada masa krisis energi 1970-an itu, banyak karyawan tak pulang untuk terus bekerja dengan menjadikan kantor atau pabrik “benteng” mereka. Dengan begitu, Jepang selalu berhasil mengatasi imbas setiap krisis relatif cepat. 

Sikap seperti itu bisa terbentuk karena Jepang merupakan negara yang tidak pernah dijajah bangsa asing sehingga setiap tetes cucuran keringat bisa mereka nikmati. Beda bangsa yang pernah dijajah asing, menurut S.H. Alatas dalam The Myth of The Lazy Native, warga ogah banting tulang karena hasil cucuran keringatnya hanya dinikmati penjajah asing! ***

0 komentar: