TAK aneh jika “faktor ISIS” memperunyam perpecahan parpol. Ketika salah satu pihak melapor ke polisi dengan tuduhan surat-surat peserta munas pihak lawannya palsu, karena pengurus daerah yang didaftar pihak lawan itu hadir di munas pihak pelapor, sebenarnya faktor ISIS—Ikut Sana Ikut Sini—masalahnya.
Dalam konflik partai bisa jadi pengurus daerah bingung. Diundang munas ke Bali, mereka hadir. Lalu diundang lagi untuk munas di Jakarta, juga hadir! Apalagi kalau fasilitas hotel bintang lima yang dinikmati, dilengkapi pengganti ongkos pesawat, Ikut Sana Ikut Sini pun jadi kesempatan melancong gratis!
Dengan orang-orang sekelas pengurus partai tingkat kabupaten/kota saja masih bisa kena “faktor ISIS” sedemikian rupa, apalagi warga desa yang ditawari umrah gratis, diimingi uang saku jutaan rupiah pula! Dari Ikut Sana Ikut Sini pun ribuan orang berhasil dikumpulkan di Malang, Jawa Timur, oleh kelompok terduga ISIS—Islamic State of Iraq and Syria—21 orang di antaranya dari Kabupaten Mesuji, Lampung. (Lampung Post, 19/3)
Tak ayal lagi, kegemaran orang Indonesia untuk Ikut Sana Ikut Sini (ISIS) asal gratis jalan-jalan itu menjadi ancaman nyata bagi keamanan nasional dari Islamic State of Iraq and Syria—ISIS! Bayangkan kalau sekitar 8.000 orang seperti disebut peserta asal Mesuji yang sebulan di Malang itu, setelah dilatih ISIS kembali ke daerahnya sebagai teroris dengan gerakan bergerilya, bisa kacau-balau seantero negeri ini!
Namun, kita tak bisa maido (menyalahkan dalam gerutu) warga yang mudah tergoda iming-iming umrah gratis itu! Para wakil rakyat saja sering akal-akalan untuk melancong gratis dengan uang rakyat lewat studi banding!
Kegemaran pelesiran gratis yang menggejala di semua lapisan masyarakat itulah yang justru menjadi ancaman nyata terkait dengan ISIS!
Lantas, seberapa banyak warga negara Indonesia (WNI) yang sudah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah? Menurut anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin, jumlahnya sudah 514 orang, empat orang di antaranya tewas dalam pertempuran di wilayah Irak. (Kompas.com, 18/3)
Dengan pola rekrutmen seperti itu, video ancaman ISIS pada TNI lewat Youtube yang disampaikan dalam bahasa Indonesia oleh Abu Jandal al-Yamani al-Indonesi, jika TNI tidak mendatangi ISIS ke Irak-Suriah, ISIS yang akan datang ke Indonesia, (Liputan-6, 26/12/2014) tak layak dianggap angin lalu. Apalagi terakhir ISIS menyebar video melatih anak-anak Indonesia! Tampak, “faktor ISIS” telah menjadi ancaman nyata! ***
0 komentar:
Posting Komentar