MENUAI banyak kritikan keras dari ekonom dan politikus tentang kurang transparannya Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), sehingga ucapan Gubernurnya Janet Yellen sering ditafsirkan beragam, Yellen mengaku sudah sangat transparan.
"Saya yakin The Federal Reserve sudah menjadi salah satu bank paling transparan di antara bank sentral lain di dunia," tegas Yellen.
"Kami memberi banyak informasi mengenai keuangan dan neraca keuangan kami, serta kebijakan moneter kami. Kami juga sudah mengaudit laporan keuangan. Kami melaporkannya setiap minggu." (detik-Finance, 22/3)
Kritik untuk masalah transparansi Yellen memuncak pekan lalu karena banyak orang terkejut The Fed mengumumkan keuntungan sebesar 101 miliar dolar AS (sekitar Rp1.316,9 triliun kurs Rp13 ribu/dolar AS, atau setara penerimaan pajak negara RI pada APBN 2014).
Keuntungan itu meningkat 30% dibanding 2013.
Kritikan lebih tajam ke arah keuntungan The Fed yang membengkak justru di masa krisis sehingga The Fed dituduh menangguk di air keruh. The Fed berkelit, keuntungan itu diperoleh dari quantitative easing, membeli miliaran dolar obligasi dan berbagai instrumen keuangan setiap bulan, meningkatkan perekonomian negara. Imbal hasil obligasi Pemerintah AS belakangan ini memang melonjak karena membaiknya ekonomi negerinya.
The Fed menyetorkan seluruh keuntungan itu ke kas negara, selain menaikkan aset bank sentral itu menjadi 4,5 triliun dolar AS (Rp58.500 triliun) pada 2014 dari 4 triliun dolar AS (Rp52 ribu triliun) tahun sebelumnya.
Tampak, aset The Fed sama dengan 29 kali lipat APBNP 2015 atau lebih empat kali lipat PDB Republik Indonesia.
The Fed menyetorkan keuntungan yang diraihnya ke kas negara karena dalam sistem negeri itu bank sentral menjadi bagian dari pemerintah, di bawah presiden. Beda dengan Indonesia yang jauh lebih liberal dari AS, posisi bank sentral (BI) independen, bukan bagian dari pemerintah dan tidak di bawah presiden!
Akibat tekanan kritik yang bertubi-tubi, The Fed terkesan menangguk di air keruh di tengah krisis keuangan dunia itu, ada gelagat The Fed agak mengendurkan tekanan dolar terhadap mata uang utama dunia lainnya.
Dengan itu memang terasa, banyak mata uang dunia menarik napas agak lega dari tekanan dolar yang sempat menyesakkan sebelumnya. Bagaimana rupiah bisa memanfaatkan momentum “politik etis” The Fed itu, menentukan diperolehnya peluang keluar dari jebakan kurs yang sempat mengkhawatirkan! ***
0 komentar:
Posting Komentar