MENTERI Pariwisata Arief Yahya optimistis jumlah wisatawan mancanegara (wisman) akan makin meningkat dengan tambahan negara bebas visa ke Indonesia. Dengan tambahan bebas visa dari 30 negara itu, ia memberanikan diri memasang taget 12 juta wisman pada 2015 dan meningkat 16% per tahun hingga pada 2019 tercapai 20 juta wisman. (Kompas.com, 21/3)
Berarti Arief berusaha membuat lonjakan peningkatan jumlah wisman dari kenaikan 7,2% pada 2014, yakni dari jumlah wisman 8,8 juta pada 2013 menjadi 9,4 juta pada 2014. Usaha serius membuat lonjakan jumlah wisman ke Indonesia memang harus dilakukan karena jauh tertinggal dari tetangga yang pada 2014 Singapura mencapai 13,5 juta, Malaysia 22,9 juta, dan Thailand 24,8 juta wisman.
Namun, membuat lonjakan juga harus hati-hati, karena lonjakan sampai 16% per tahun condong terlalu optimistis mengingat peningkatan wisman dunia rata-rata hanya 4,7% per tahun. Selain itu, industri pariwisata bertumpu pada jasa yang tergantung kapasitas pelayanan dari fasilitas yang mampu disediakan, mulai dari penerbangan, jumlah kamar hotel, hingga dukungan sarana dan prasarana lapangan—berbasis infrastruktur dan suprastruktur.
Pada tingkat sekarang saja, koneksi dari penerbangan internasional ke jaringan penerbangan domestik di bandara Jakarta masih jauh dari memadai. Antrean pesawat untuk take off sudah terlalu lama, di tingkah delayed jadwal terbang yang semakin dilazimkan.
Lebih buruk lagi infrastruktur dan fasilitas menuju venues. Misalnya, untuk melihat lumba-lumba ke Teluk Kiluan, seorang wisman naik ojek dari Bandar Lampung lewat Punduhpidada, jatuh di jalan akibat jalan jelek sekali untuk mencapai pantai nelayan terdekat lokasi.
Dengan sewot ia pun menyebar di media sosial cerita nasib malangnya jadi wisman di Indonesia.
Maksudnya, masih sangat banyak sekali masalah yang harus ditangani saksama di lapangan terkait fasilitas, infrastruktur, dan suprastrukturnya.
Pada suprastruktur, tenaga skill pengelola tamu antarhotel menjadi satu paket perjalanan bersama ke venues agar biayanya jadi lebih ekonomis dan praktis bagi wisman, masih langka. Biro perjalanan di daerah, mayoritas cuma sibuk mengurus tiket pesawat.
Belum lagi mengangkat venues menarik wisman, seperti membuat anjungan yang aman bagi wisman untuk melihat dan memotret ribuan kerbau liar di rawa-rawa Menggala, Tulangbawang. Pokoknya amat banyak hal yang harus ditangani untuk target mendekati capaian negara tetangga! ***
0 komentar:
Posting Komentar