MENKEU Bambang Brodjonegoro, dalam konferensi pers, Selasa (10/3), menyatakan setiap pelemahan Rp100 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kita mendapat untung kontribusi tambahan surplus ke anggaran pendapatan dan belanja negara sebesar Rp2,3 triliun. (Liputan-6, 10/3)
Berarti setiap rupiah melemah Rp1.000, terhadap dolar, kita untung Rp23 triliun, jika melemah Rp10 ribu untung Rp230 triliun, sehingga jika kurs rupiah menjadi Rp113 ribu per dolar AS, keuntungan kita jadi Rp2.300 triliun, lebih besar dari APBNP 2015 di kisaran Rp2.050 triliun!
Kalau nilai tukar rupiah lewat Rp100 ribu per dolar AS, jangan-jangan ekonomi Indonesia dan pemerintahnya runtuh!
Cara berpikir selalu untung di tengah realitas buruk bahkan kemalangan itu disebut wisful thinking! Jatuh dari motor kakinya patah masih berkata untung tidak mati!
Rumah terbakar masih untung tak ada korban jiwa. Seperti saat kurs rupiah tembus Rp13.200/dolar AS, Gubernur BI masih mengesankan beruntung karena pelemahan rupiah bukan yang terburuk. Sepanjang 2015, kurs rupiah melemah dari dolar AS hanya 6%, dibanding mata uang Turki 12% dan real Brasil 17%.
Wishful thinking untuk menenangkan diri sendiri yang paling laris disebutkan para pejabat Indonesia adalah pelemahan rupiah akibat faktor eksternal ekonomi AS yang membaik sehingga dolarnya terus menguat.
Kemudian fundamental ekonomi kita kuat, cadangan devisa 114 miliar dolar AS, IHSG bertahan di 5.400.
Sisi negatif kurang diperhatikan. Semisal hasil stress test Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jika pelemahan nilai tukar rupiah hingga mencapai level 15 ribu per doar AS akan menghantam permodalan lima bank nasional.
Meskipun enggan menyebut nama kelima bank itu, Deputi Kominioner Pengawasan Perbankan OJK Irwan Lubis, dalam konferensi pers, Kamis (12/3), menyatakan berdasar hasil stress test itu, OJK telah memanggil manajemen bank yang kinerjanya berpotensi terganggu oleh pelemahan rupiah!
Itu dia! Kalau lima bank nasional jatuh, meski cadangan devisa kuat, belum tentu mampu menahan efek domino keruntuhan ekonomi nasional! Hanya sebuah bank saja pada krisis ekonomi 2008 yang goyah, Bank Century, hingga kini kegoncangan akibat penyelamatannya belum selesai tuntas.
Karena itu, ketimbang ber-wishful thinking ria, lebih baik cepat atasi kesulitan para pengrajin tempe akibat naiknya harga kedelai impor. Juga kesulitan industri berbasis bahan baku impor, agar tak keburu meluas multiplier effect-nya! ***
0 komentar:
Posting Komentar