Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Aliran Investasi Asing Mengecil!

ALIRAN dana investasi asing di pasar saham Indonesia mengecil drastis.Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing hanya mencatat pembelian bersih Rp3,87 triliun sejak awal tahun hingga akhir Juli 2015. Padahal, periode tujuh bulan sama 2014, pembelian bersih mereka mencapai Rp57,2 triliun (Kompas.com, 3/8). Menurut Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo, ada tiga faktor yang menyebabkan dana asing merosot.

 Pertama, pelambatan ekonomi yang membuat pemodal malas berinvestasi. Kedua, nilai tukar rupiah terus melemah. Ketiga, rencana The Fed mengerek suku bunga. Ironisnya, atas terjadinya pelambatan ekomomi dan pelemahan rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) selama ini selalu menjadikan rencana The Fed menaikkan suku bunga sebagai kambing hitamnya. Dengan menjadikan The Fed sebagai leading factor itu, penyebab domestik seolah remeh, berakibat faktor-faktor domestik tak menyengat kesadaran nasional untuk berusaha mengatasinya!

 Sebaliknya, hal itu malah berkembang menjadi masalah kronis. Misalnya dalam lemahnya penyerapan anggaran yang menjadi penyebab penting pelambatan ekomomi. Namun, sampai transfer anggaran pembangunan ke daerah mengendap tak terserap sampai Rp255 triliun pada akhir semester I-2015 hingga hari ini pun tidak ada ketentuan sanksi—apalagi punishment—yang (bisa) diberikan kepada pejabat daerah. Demikian pula nasib anggaran yang tak terserap di kementerian. Di sisi lain, bukan tekanan meningkatkan semangat juang rela berkorban untuk mencapai cita-cita bangsa.

 Kepada para pejabat Ditjen Pajak yang sebenarnya telah mendapat remunerasi, diberi tunjangan kinerja puluhan juta rupiah per bulan per orang. Hasilnya diungkap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dari target penerimaan pajak Rp1.294 triliun, hanya akan tercapai 91% hingga akhir tahun, atau kurang Rp120 triliun (detik-Finance, 31/7). Akibat dari budgets games seperti itu, hingga akhir triwulan II-2015 pertumbuhan ekonomi belum rebound ke level 5%.

 Di balik itu, dikembangkan optimisme kalau proyek-proyek infrastruktur yang telah selesai ditenderkan mulai dikerjakan, semua masalah terkait pelambatan ekonomi dan pelemahan rupiah akan teratasi dan selesai serta-merta. Sementara pengamat pun ikut-ikutan meyakinkan pada tahap itu pertumbuhan kembali di atas 5%. Akhirnya, proyek infrastruktur bernilai sekitar Rp200 triliun itu pun menjadi tumpuan segala harap. Sementara masalah-masalah sebenarnya dibiarkan jadi lebih kronis. ***

0 komentar: