DI atas prinsip tawasut (moderat), tawazun (berimbang), dan iktidal (berkeadilan), Nahdlatul Ulama (NU) menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, 1—5 Agustus 2015, dengan tema Meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia.NU organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia hingga menjadi organisasi berbasis massa muslim terbesar di dunia, tak diragukan perannya dalam membangun peradaban Islam moderat, Islam yang rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh komponen bangsa Indonesia.
Tidak berlebihan pula jika NU mengembangkan payung rahmatan lil 'alamin itu untuk membangun peradaban dunia.
Inspirasi Islam moderat yang rahmatan lil 'alamin untuk membangun peradaban bagi kebersamaan muslim dunia relevan ketika musim semi Arab mengoyak ukhuwah umat muslim di Timur Tengah, hingga saling bunuh dalam perang sesama muslim.
Bahkan, dalam pidato membuka muktamar ini, Presiden Joko Widodo menuturkan tamu negara dari PM Inggris sampai Presiden Turki bertanya banyak sampai detail tentang Islam moderat dan toleran di Indonesia yang mampu memelihara harmoni kehidupan masyarakat bangsanya yang berkeragaman.
Inspirasi itu penting untuk mendorong peran Islam yang kian signifikan dalam menentukan arah perubahan dunia ke depan. Rilis Pew Research Center (PCW) April 2015, seperti dikutip Rumadi Ahmad (Kompas, 31/7) memproyeksikan peran Islam yang semakin dominan dalam peradaban dunia masa depan.
Riset PRC berjudul The Future of World Religions: Population Growth Projections 2010—2050 menyebutkan, pada 2010 populasi Kristen 31,4%, Islam 23,2% (1,6 miliar pemeluk), Hindu 15%, Buddha 7,1%, agama lokal 5,9%, Yahudi 0,2%, lain-lain 16,4%. Pada 2050, populasi muslim bertambah paling banyak menjadi 29,7% (2,76 miliar pemeluk), Kristen stabil di angka 31,4%.
Persentase muslim dan Kristen diperkirakan sama pada 2070 (32,3%).
Tampak, Muktamar NU jadi momentum menabur benih Islam moderat dan toleran untuk membangun peradaban dunia. Namun, pemikat utama NU bagi dunia untuk menyerap nilai-nilainya, justru terletak pada kapasitas NU menanamkan dan mengembangkan semangat kebangsaan hingga mampu mempersatukan keberagaman dalam harmoni.
Visi kebangsaan yang diimplementasikan dalam sistem demokrasi modern, itulah andalan NU memandu peradaban dunia yang terus berubah mengaktualisasikan kekinian. Kemampuan menyesuaikan dan mengendalikan segala perubahan, itulah tuntutan peradaban dunia yang justru merupakan kekuatan NU. ***
0 komentar:
Posting Komentar