PRESIDEN Joko Widodo dalam pidato kenegaraan di parlemen, Jumat (14/8), mengatakan menipisnya budaya saling menghargai dan mengeringnya kultur tenggang rasa memperparah kondisi masyarakat yang terjebak pada histeria publik dalam merespons suatu persoalan yang terjadi, terutama jika persoalan itu menyangkut isu-isu yang memiliki dimensi sensasional.Jika hal itu terus dibiarkan, kata Presiden, dapat menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, dan tumbuhnya karakter bangsa.
(Kompas.com, 14/8)
Menipisnya budaya saling menghargai dan mengeringnya kultur tenggang rasa itu oleh Presiden diangkat sebagai kecenderungan semua orang dewasa ini merasa bebas sebebas-bebasnya dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingan. Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif.
Untuk itu, Presiden mengingatkan media massa agar membantu pemerintah dalam meneguhkan nilai-nilai kebudayaan yang mengedepankan kerja produktif. Bukan sebaliknya, kebebasan yang dimiliki media justru digunakan untuk menyuarakan kepentingan pihak-pihak tertentu.
Bahwa ujung-ujungnya Presiden secara eksplisit menempatkan media massa harus bertanggung jawab atas menipisnya budaya saling menghargai dan mengeringnya kultur tenggang rasa akibat orientasi pasar yang berlebihan sehingga fungsi kultural edukatif media menjadi kurang diutamakan.
Teguran Presiden itu jadi lebih telak lagi ketika keteledoran media massa yang terlalu berorientasi komersial dengan menjadikan rating hal terpenting itu bisa menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, dan tumbuhnya karakter bangsa.
Namun, di sisi lain ada pandangan bahwa media massa hanyalah cermin dari realitas kehidupan masyarakatnya. Dari sisi pandang ini, justru media massa yang baik adalah yang mampu memotret realitas masyarakat secara apa adanya. Dari situ orang menyaring nilai-nilai, yang baik dikembangkan sedang yang buruk ditinggalkan.
Cara pandang itu belum berlaku masyarakat yang baru berkembang, yang selalu butuh panduan dan keteladanan untuk berperilaku ideal. Sebaliknya, jika sebenarnya kita telah memiliki nilai-nilai ideal yang standar, seperti budaya saling menghargai dan kultur tenggang rasa, tetapi kini nyaris hilang. Berarti, budaya masyarakat kita sedang mundur.
Peringatan Presiden kepada media massa itu pun seperti dentang lonceng jam, berlaku untuk semua. ***
0 komentar:
Posting Komentar