EL Nino yang membawa dampak kekeringan panjang daerah-daerah yang terletak di Lintang Selatan, termasuk Lampung, ternyata juga membawa berkah terselubung—yakni potensi panen ikan yang lebih tinggi di laut wilayah tersebut.Andi Eka Sakya, kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), merilis hasil pemantauan, kemunculan El Nino diikuti mendinginnya suhu muka laut Indonesia di kawasan terdampak.
Hal itu bisa menambah populasi ikan yang meningkatkan tangkapan ikan. (Kompas.com, 8/8)
El Nino merupakan fenomena alam terkait dengan kenaikan suhu permukaan laut melebihi nilai rata-rata di Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa, yaitu daerah sekitar Cile, Peru, dan Amerika Latin.
Dengan panasnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik kawasan itu, tekanan udaranya tinggi mengalirkan udara ke kawasan bertekanan lebih rendah yang sekaligus mendorong arus laut.
Plankton-plankton pun terbawa arus, selain menggemukkan ikan di kawasan tujuan, juga diikuti ikan yang bermigrasi mengikuti makanannya ke kawasan yang lautnya lebih nyaman. Potensi peningkatan hasil tangkapan ikan pun berlipat.
Ada beberapa dampak positif lagi bawaan El Nino. Selain klorofil—hijau daun—di kawasan terdampak jadi kondusif oleh sinar matahari yang cukup, kondisi kering yang lebih panjang meningkatkan potensi hasil garam lebih banyak. Sayangnya, dana alokasi APBN untuk menyerap garam rakyat tak kunjung cair sehingga panenan garam rakyat tertimbun terlalu lama.
Hal penting lainnya yang disampaikan Andi dalam rilisnya memupus kekhawatiran El Nino menjadi gelombang panas mematikan seperti di India, Pakistan, dan Iran. Menurut dia, El Nino dan gelombang panas berbeda.
El Nino berdampak kekeringan yang memperpanjang waktu kemarau bagi Indonesia berkisar 4—5 bulan. Sedang gelombang panas fenomena yang diindikasikan oleh kenaikan suhu lokal secara signifikan dalam waktu singkat (3—7 hari).
Gelombang panas tidak melewati dan masuk ke wilayah Indonesia yang beriklim tropis.
Gelombang panas biasanya terjadi di wilayah beriklim subtropis di atas lintang 10 derajat, baik di utara maupun selatan. Karena itu, perlu dipahami bahwa El Nino bukan gelombang panas.
Namun, meski El Nino membawa berkah terselubung dan bukan gelombang panas, tetap perlu diwaspadai karena tahun ini El Nino telah mencapai level moderat yang diprediksi menguat mulai Agustus sampai Desember. Musim kemarau 2015 lebih panjang dari 2014. Dengan kemunculan El Nino pula, awal musim hujan 2015—2016 mengalami kemunduran. ***
0 komentar:
Posting Komentar