DENGAN alokasi anggaran bantuan tunai bersyarat atau conditional cash transfer sebesar Rp10,8 triliun, pemerintah dalam RAPBN 2016 memasang target untuk menurunkan indeks rasio gini pada level 0,390, dari level 0,413 dewasa ini.Staf Khusus Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Arif Budimanta menyatakan dana sejenis bantuan langsung tunai (BLT) itu akan dibagikan kepada 6 juta rumah tangga miskin (RTM) yang punya anak usia sekolah sebesar Rp150 ribu/bulan/RTM, selama 12 bulan.
Punya anak usia sekolah menjadi syarat penerima bantuan, karena program yang dijalankan Kementerian Sosial ini juga bertujuan mewujudkan wajib belajar 12 tahun. (Kompas.com, 16/8)
Menargetkan penurunan indeks rasio gini lewat program bantuan sejenis BLT termasuk musykil. Sebab, indeks rasio gini diukur antara lain lewat ketimpangan pendapatan per kapita antarsektoral, sedangkan BLT akan lebih berpengaruh pada pencatatan tingkat konsumsi per kapita per bulan—untuk menentukan jumlah orang di bawah garis kemiskinan.
Artinya, dengan BLT yang berkesinambungan setiap bulan sepanjang tahun tersebut, lebih mungkin terlihat berkurangnya jumlah warga di bawah garis kemiskinan. Masalahnya dengan ketimpangan pendapatan adalah, terjadinya peningkatan pendapatan kelompok atas lebih pesat dan lebih signifikan sehingga BLT saja tak dijamin mampu memperpendek jarak ketimpangan pendapatan!
Meski demikian, bukan hanya lewat program ini, penurunan indeks rasio gini pada 2016 punya beberapa varian prosesnya.
Antara lain dana transfer ke daerah dan desa yang relatif besar akan mampu mendorong penciptaan lapangan kerja masif, setidaknya pekerjaan padat karya di proyek pembangunan desa. Jumlah tenaga kerja yang terlibat untuk itu cukup besar karena program membangun desa itu akan berjalan di lebih 74 ribu desa di seluruh Tanah Air.
Di sisi lain, BLT bersyarat RTM punya anak usia sekolah itu akan besar pengaruhnya pada peningkatan angka indeks pembangunan manusia (IPM).
Selain secara langsung bantuan itu bisa memperpanjang rata-rata lama mengikuti pendidikan, juga bisa meningkatkan taraf kesehatannya sehingga angka harapan hidup juga meningkat.
Semua varian peningkatan kualitas hidup bangsa lewat program-program populis prorakyat itu akan tercapai jika setiap program terlaksana secara efektif. Misalnya, dana transfer ke daerah dan desa itu terserap ke masyarakat maksimal, tak hanya mengendap di bank seperti pengalaman terakhir. ***
0 komentar:
Posting Komentar