Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Kausalitas Realisasi Pajak Rendah!

DARI target penerimaan pajak APBNP 2015 sebesar Rp1.489,3 triliun, hingga awal November 2015, menurut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, realisasi penerimaan pajak baru mencapai Rp766 triliun (Antara, 7/11). 

Dibanding ke target, realisasi penerimaan selama 10 bulan itu bisa disebut rendah. Namun, itu terjadi sebagai kausalitas, ujung dari proses sebab-akibat yang berantai! Kausalitas itu berawal dari rendahnya penyerapan APBN oleh instansi pemerintah, mengakibatkan dorongan fiskal ke pasar rendah. Ini menyebabkan kegiatan di pasar ikut lesu, realisasi bisnis (transaksi barang dan jasa) menurun, mengakibatkan pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, dan nantinya pajak penghasilan juga turun. Oleh karena itu, dalam dua bulan terakhir, kata Bambang, pemerintah berusaha menggenjot penerimaan pajak dengan kolektivitas pajak rutin. 

Selain itu, ada extra-effort, ditargetkan dapat mengumpulkan minimal Rp50 triliun. Perincian extra-effort itu, dari reinventing policy minimal Rp30 triliun, reevaluasi aset minimum Rp10 triliun, penagihan pemeriksaan Rp5 triliun, dan ekstensifikasi Rp5 triliun. 

Untuk menutupi kekurangan dari target penerimaan pajak dan bukan pajak pada APBNP 2015 sebesar Rp1.924 triliun, menurut Bambang, pemerintah juga mempersiapkan pinjaman multilateral, sekaligus untuk menutupi defisit di akhir tahun. Kekurangan penerimaan pajak dijaga tidak melebihi Rp160 triliun, untuk menjaga defisit APBN tidak lebih 2,5% dari PDB. Tingkat defisit tersebut bisa terjaga dengan realisasi belanja APBNP akhir Oktober mencapai 71% atau Rp1.408 triliun, dengan realisasi penerimaan (pajak dan bukan pajak) Rp1.109 triliun. 

 Risiko defisit dari anggaran daerah tidak membebani defisit secara keseluruhan. Sebab, selama ini dana belanja daerah justru kerap tidak optimal terserap. Realisasi belanja daerah akhir September 2015 baru 54%. 

Untuk memulihkan kondisi dunia usaha setelah terimbas pelemahan ekonomi akibat rendahnya penyerapan APBN, tidak cukup hanya dengan penormalan kembali saluran fiskal. 

Dunia usaha yang sempat terduduk hingga sumbangannya ke pajak turun itu, butuh asupan ekstra untuk bangkit kembali. Kalau di negara maju, untuk meringankan beban pengusaha dari tekanan yang multikompleks dilakukan dengan memangkas suku bunga. Dengan itu, beban pengusaha diringankan dan jadi trengginas. 

Namun, tentu beda di negeri terbelakang, seperti Indonesia, yang memperlakukan pengusaha sebagai sapi perah dari aneka dimensi. ***

1 komentar:

16 April 2020 pukul 02.42 AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut