SETELAH teroris menyerang Paris, disusul klaim Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) bertanggung jawab atas serangan tersebut, maka seiring dukacita kepada para korban teroris itu layak dikhawatirkan nasib buruk yang berlarut umat muslim di Prancis serta Eropa maupun Amerika umumnya.
Di Kota Paris terdapat lebih 1 juta jiwa warga muslim, dari lebih 5 juta jiwa warga Prancis yang muslim. Prancis memang tempat komunitas muslim terbesar si Eropa sehingga dengan teror ISIS itu warga muslim negeri tersebut yang bakal menanggung tekanan mental menerima pandangan sinis, dicurigai warga lain di negerinya, bahkan diskriminasi dari pemerintah.
Karena itu jelas, serangan ISIS ke Paris itu hanya menyengsarakan umat Islam di negeri yang diserangnya itu. Akibatnya, mayoritas muslim di Eropa bisa semakin membenci ISIS. Akan lebih buruk lagi nasib para pengungsi asal Suriah yang tersebar di banyak negara Eropa, selain hambatan masuk dan kecurigaan lebih besar akan mereka alami, diskriminasi dan pembatasan bantuan pun akan semakin berat menimpa mereka.
Lebih lagi karena salah seorang pelaku teror bom yang meledak di stadion pada menit ke-17 pertandingan Prancis lawan Jerman itu dari identifikasi mayatnya diduga masuk Prancis menyusup dalam kelompok pengungsi. Serangkaian serangan teroris di Paris Jumat (13/11) malam dilakukan serempak di gedung konser, stadion, restoran, dan tempat-tempat minum, menewaskan 129 orang dan 352 lainnya terluka.
Tujuh orang pelaku tewas dengan bom bunuh diri di rompinya maupun oleh tembakan polisi. Tiga pelaku lainnya ditangkap setelah kabur ke Brussel, Belgia, 4 jam perjalanan darat dari Paris. Korban tewas terbanyak di gedung konser. Saat pertunjukan berlangsung, empat pria berpakaian hitam masuk dengan senjata AK 47 menaburkan peluru ke arah penonton.
Menurut Pierce, reporter radio, saksi mata yang lolos dari maut, setiap teroris mengisi senjata tiga sampai empat kali. (Kompas.com, 14/11)
Sampai lolosnya serangan teroris yang masif di Paris sebetulnya aneh. Sebab, sepanjang 2015 ini serangan teroris beruntun di negeri itu. Sejak serangan dua pria bersenjata AK-47 ke kantor tabloid Charlie Hebdo (7 Januari), 12 orang tewas.
Dua hari kemudian seorang pria bersenjata menyerang supermarket Yahudi, 4 orang tewas. Dan enam kejadian lainnya seperti dicatat detik-news (15/11). Tapi Prancis kebobolan juga, malah dengan jumlah teroris dan senjata lebih banyak. ***
Karena itu jelas, serangan ISIS ke Paris itu hanya menyengsarakan umat Islam di negeri yang diserangnya itu. Akibatnya, mayoritas muslim di Eropa bisa semakin membenci ISIS. Akan lebih buruk lagi nasib para pengungsi asal Suriah yang tersebar di banyak negara Eropa, selain hambatan masuk dan kecurigaan lebih besar akan mereka alami, diskriminasi dan pembatasan bantuan pun akan semakin berat menimpa mereka.
Lebih lagi karena salah seorang pelaku teror bom yang meledak di stadion pada menit ke-17 pertandingan Prancis lawan Jerman itu dari identifikasi mayatnya diduga masuk Prancis menyusup dalam kelompok pengungsi. Serangkaian serangan teroris di Paris Jumat (13/11) malam dilakukan serempak di gedung konser, stadion, restoran, dan tempat-tempat minum, menewaskan 129 orang dan 352 lainnya terluka.
Tujuh orang pelaku tewas dengan bom bunuh diri di rompinya maupun oleh tembakan polisi. Tiga pelaku lainnya ditangkap setelah kabur ke Brussel, Belgia, 4 jam perjalanan darat dari Paris. Korban tewas terbanyak di gedung konser. Saat pertunjukan berlangsung, empat pria berpakaian hitam masuk dengan senjata AK 47 menaburkan peluru ke arah penonton.
Menurut Pierce, reporter radio, saksi mata yang lolos dari maut, setiap teroris mengisi senjata tiga sampai empat kali. (Kompas.com, 14/11)
Sampai lolosnya serangan teroris yang masif di Paris sebetulnya aneh. Sebab, sepanjang 2015 ini serangan teroris beruntun di negeri itu. Sejak serangan dua pria bersenjata AK-47 ke kantor tabloid Charlie Hebdo (7 Januari), 12 orang tewas.
Dua hari kemudian seorang pria bersenjata menyerang supermarket Yahudi, 4 orang tewas. Dan enam kejadian lainnya seperti dicatat detik-news (15/11). Tapi Prancis kebobolan juga, malah dengan jumlah teroris dan senjata lebih banyak. ***
0 komentar:
Posting Komentar