PBB—Perserikatan Bangsa-Bangsa—mengecam ucapan Donald Trump, bakal calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, yang menyatakan akan melarang umat muslim masuk ke AS kalau dia terpilih jadi presiden.
"Bahaya klasifikasi dan karakterisasi itu bersifat dehumanisasi, bisa menjadikan mereka yang tidak bersalah sebagai korban," ujar komisioner tinggi HAM PBB, Zeid Ra'ad Al Hussein, dipetik AFP, Rabu (9/12). "Itu sungguh tidak bertanggung jawab, melihat tujuan dari kelompok ekstremis, menguntungkan mereka (ekstremis) dengan mengorbankan umat muslim." (detiknews, 9/12)
Menurut Al Hussein, pernyataan Trump soal larangan umat muslim masuk ke AS itu sangat mengkhawatirkan. "AS merupakan sebuah republik yang didirikan dengan dasar martabat dan hak individu," tegasnya. "Muslim juga menjadi korban oleh kelompok ini (ekstremis), sama seperti umat Kristen, atau Yahudi, atau Hindu, atau Buddha." Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial itu saat kampanye di South Carolina. Ia mengeksploitasi situasi emosional atas penembakan di San Bernardino, California, yang dilakukan suami-istri muslim yang teradikalisasi.
Serangan kedua pelaku menewaskan 14 orang, mendapat pujian dari Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pelaku serangan di Bernardino Rabu (3/12), Syed Farook (28) dan istrinya Tashfeen Malik (27), sangat tertutup. Tashfeen sehari-hari memakai burka (cadar) sehingga menurut pengacara pasangan tersebut, Mohammad Abuershaid dan Daniel Chesley, keluarga besar Farook tak pernah melihat wajahnya. Wanita itu juga tak pernah bicara kepada kaum pria dari keluarga besar Farook. "Mereka sangat tradisional. Ketika keluarga datang, kaum wanita akan duduk bersama para wanita, kaum pria duduk dengan para pria. Jadi kaum pria tak pernah bicara dengan dia (Tashfeen)," kata Abuershaid pada Telegraph, Sabtu. (detiknews, 5/12).
Pasangan suami-istri pelaku tewas saat baku tembak dengan polisi hari itu, meninggalkan bayi perempuan usia 6 bulan. Menurut kedua pengacara, keluarga tahu Farook punya beberapa senjata api. Namun, mereka tidak terlalu memikirkan hal itu karena Farook mendapatkan senjata tersebut secara legal. Penembakan di tempat umum menewaskan banyak orang sering terjadi di AS, di antaranya juga dilakukan oleh nonmuslim.
Jadi peristiwa itu terjadi di AS bukan berlatar agama atau warna kulit pelaku, melainkan karena kebebasan orang memiliki senjata api—penyebab yang dicemaskan Obama. ***
Menurut Al Hussein, pernyataan Trump soal larangan umat muslim masuk ke AS itu sangat mengkhawatirkan. "AS merupakan sebuah republik yang didirikan dengan dasar martabat dan hak individu," tegasnya. "Muslim juga menjadi korban oleh kelompok ini (ekstremis), sama seperti umat Kristen, atau Yahudi, atau Hindu, atau Buddha." Donald Trump melontarkan pernyataan kontroversial itu saat kampanye di South Carolina. Ia mengeksploitasi situasi emosional atas penembakan di San Bernardino, California, yang dilakukan suami-istri muslim yang teradikalisasi.
Serangan kedua pelaku menewaskan 14 orang, mendapat pujian dari Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Pelaku serangan di Bernardino Rabu (3/12), Syed Farook (28) dan istrinya Tashfeen Malik (27), sangat tertutup. Tashfeen sehari-hari memakai burka (cadar) sehingga menurut pengacara pasangan tersebut, Mohammad Abuershaid dan Daniel Chesley, keluarga besar Farook tak pernah melihat wajahnya. Wanita itu juga tak pernah bicara kepada kaum pria dari keluarga besar Farook. "Mereka sangat tradisional. Ketika keluarga datang, kaum wanita akan duduk bersama para wanita, kaum pria duduk dengan para pria. Jadi kaum pria tak pernah bicara dengan dia (Tashfeen)," kata Abuershaid pada Telegraph, Sabtu. (detiknews, 5/12).
Pasangan suami-istri pelaku tewas saat baku tembak dengan polisi hari itu, meninggalkan bayi perempuan usia 6 bulan. Menurut kedua pengacara, keluarga tahu Farook punya beberapa senjata api. Namun, mereka tidak terlalu memikirkan hal itu karena Farook mendapatkan senjata tersebut secara legal. Penembakan di tempat umum menewaskan banyak orang sering terjadi di AS, di antaranya juga dilakukan oleh nonmuslim.
Jadi peristiwa itu terjadi di AS bukan berlatar agama atau warna kulit pelaku, melainkan karena kebebasan orang memiliki senjata api—penyebab yang dicemaskan Obama. ***
0 komentar:
Posting Komentar