EMPAT negara produsen terbesar karet alam dunia melakukan usaha bersama menaikkan harga karet dengan membatasi ekspor 15% hingga 31 Agustus 2016. Tiga negara, Indonesia, Malaysia, dan Thailand telah melakukan itu mulai 1 Maret 2016, sedang Vietnam sepakat menyusul April 2016.
"Sebelumnya tiga negara sudah menyepakati dan melakukannya dengan rencana total menahan pengiriman mencapai 615 ribu ton hingga 31 Agustus 2016," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Edi Irwansyah dikutip Antara (14/3/2016).
Dari total pengurangan ekspor itu, dari Indonesia berkurang sebanyak 238 ribu ton, Thailand 324 ribu ton, dan Malaysia 53 ribu ton. Sedang pengurangan dari Vietnam di luar jumlah tersebut, sehingga diharapkan bisa semakin kuat mendorong kenaikan harga karet di pasar internasional.
Sejak diumumkan rencana pengurangan ekspor karet itu, menurut Edy, sudah ada kenaikan harga komoditas tersebut di pasar dunia, menjadi 1,245 dolar AS per kg pada 11 Maret 2016 untuk pengapalan April 2016. Namun, kenaikan dari harga sebelumnya 1,08 dolar AS per kg itu masih belum menyentuh harga ideal. Idealnya harga FOB (termuat di pelabuhan pengirim) karet jenis TSR20 minimum 1,90 dolar AS per kg.
“Keseriusan dari empat negara produsen karet mengurangi ekspor itu tak bisa dianggap enteng karena produksi karet alam dari negara-negara tersebut lebih 70% dari total pasokan untuk pasar dunia," tegas Edi.
Usaha Gapkindo bersama mitra di tiga negara melakukan embargo ekspor untuk menaikkan harga karet di pasar internasional itu jelas menjadi berita menggembirakan bagi para petani karet di daerah ini yang sudah lebih tiga tahun terpuruk akibat harga karet merosot terus-menerus. Harga karet terbaik terjadi pada Agustus 2010, yakni 5 dolar AS per kg untuk kadar karet kering (KKK) 100%.
Usaha itu lebih menggembirakan lagi karena hasilnya juga langsung terlihat, meski kecil, mulai ada kenaikan. Agar usaha tersebut berhasil mencapai kembali ke harga ideal, tentu ada harga yang harus dibayar. Dalam hal ini, ketaatan daerah mendukung pengurangan ekspor karet sebesar kuota yang ditetapkan. Sumut, misalnya, mendapat kuota pengurangan ekspor 38 ribu ton dari total nasional 238 ribu ton.
Demi membangkitkan kembali para petani karet dari keterpurukan akibat jatuhnya harga selama ini, berapa pun kuota pengurangan ekspor karet dari Lampung harus ditaati. Biro Ekonomi provinsi mungkin perlu membantu para eksportir untuk itu. ***
Dari total pengurangan ekspor itu, dari Indonesia berkurang sebanyak 238 ribu ton, Thailand 324 ribu ton, dan Malaysia 53 ribu ton. Sedang pengurangan dari Vietnam di luar jumlah tersebut, sehingga diharapkan bisa semakin kuat mendorong kenaikan harga karet di pasar internasional.
Sejak diumumkan rencana pengurangan ekspor karet itu, menurut Edy, sudah ada kenaikan harga komoditas tersebut di pasar dunia, menjadi 1,245 dolar AS per kg pada 11 Maret 2016 untuk pengapalan April 2016. Namun, kenaikan dari harga sebelumnya 1,08 dolar AS per kg itu masih belum menyentuh harga ideal. Idealnya harga FOB (termuat di pelabuhan pengirim) karet jenis TSR20 minimum 1,90 dolar AS per kg.
“Keseriusan dari empat negara produsen karet mengurangi ekspor itu tak bisa dianggap enteng karena produksi karet alam dari negara-negara tersebut lebih 70% dari total pasokan untuk pasar dunia," tegas Edi.
Usaha Gapkindo bersama mitra di tiga negara melakukan embargo ekspor untuk menaikkan harga karet di pasar internasional itu jelas menjadi berita menggembirakan bagi para petani karet di daerah ini yang sudah lebih tiga tahun terpuruk akibat harga karet merosot terus-menerus. Harga karet terbaik terjadi pada Agustus 2010, yakni 5 dolar AS per kg untuk kadar karet kering (KKK) 100%.
Usaha itu lebih menggembirakan lagi karena hasilnya juga langsung terlihat, meski kecil, mulai ada kenaikan. Agar usaha tersebut berhasil mencapai kembali ke harga ideal, tentu ada harga yang harus dibayar. Dalam hal ini, ketaatan daerah mendukung pengurangan ekspor karet sebesar kuota yang ditetapkan. Sumut, misalnya, mendapat kuota pengurangan ekspor 38 ribu ton dari total nasional 238 ribu ton.
Demi membangkitkan kembali para petani karet dari keterpurukan akibat jatuhnya harga selama ini, berapa pun kuota pengurangan ekspor karet dari Lampung harus ditaati. Biro Ekonomi provinsi mungkin perlu membantu para eksportir untuk itu. ***
0 komentar:
Posting Komentar