Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Masalah Krisis Air dan Pekerjaan!

PELANGGAN Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kawasan perkotaan di Lampung masih sering mengeluh aliran air ke rumahnya kurang lancar, sering macet, atau jadwal air dialirkan amat singkat. Mereka penikmat fasilitas air bersih PDAM merupakan kelompok istimewa, kurang dari 10% penduduk. Itu pun masih mengeluh.

Betapa lagi 90% lebih penduduk yang belum terlayani air bersih. Banyak warga masih menggunakan air sungai yang keruh untuk kegiatan mandi, cuci, dan buang air. Padahal, program normalisasi sungainya bermasalah sehingga sungai bukan mengalir jernih, melainkan malah menjadi saluran limbah. Gambaran nyata krisis air bersih. Itulah realitas Hari Air Sedunia 22 Maret 2016, hari ini.

Kebutuhan air bersih untuk konsumsi warga saja masih jauh dari memadai, apalagi terkait dengan tema Hari Air Sedunia 2016, Air dan Pekerjaan (Water and Jobs). Pekerjaan layak bagi kemanusian seperti apa yang bisa diciptakan dari air sungai yang mengalir dalam limbah kotor seperti itu? 

Bahkan, untuk menyalurkan hobi saja, seperti cerita kakek di masa remajanya dulu sering diajak pamannya mengail atau menjala di sungai. Sekarang ikan sapu-sapu yang kotor dan kurang layak disantap manusia pun tak bisa lagi hidup di sungai-sungai tersebut.

Untuk pengairan di irigasi teknis, dahulu bisa setahun panen dua kali, artinya saat kemarau pun air cukup untuk mengairi sawah. Kini, saat kemarau air sungai surut tak cukup untuk tanam padi gaduh. Malahan, perubahan iklim yang ekstrem telah menjadikan kemarau semakin panjang dan kering, sehingga di sawah yang tak ditanami padi gaduh saat kemarau juga tak bisa ditanami palawija, jagung, kedelai, dan lainnya. 

Artinya, lapangan pekerjaan di sektor pertanian juga kian menyempit. Itu menunjukkan untuk mengatasi perubahan iklim yang ekstrem tidak cukup hanya dengan retorika kosong. 

Tetapi, harus dengan strategi pembangunan yang komprehensif memadukan kegiatan berbagai sektor dalam kesatuan langkah merestorasi lingkungan yang dirusak rezim yang benar-benar destruktif. Setiap hari hutan seluas ribuan lapangan bola dirusak hanya untuk memperkaya diri dan memuaskan nafsu duniawi kelompok berkuasa. 

Restorasi adalah suatu pekerjaan seperti merekonstruksi Borobudur yang batu-batunya telah berserakan, kembali menjadi Borobudur seperti sedia kala. Dalam restorasi itu terbuka banyak lapangan kerja. Demikian pula tentunya dalam restorasi sumber-sumber air jika dilakukan dengan benar. ***

0 komentar: