Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

10 Sandera Bebas tanpa Tebusan!

"INI full negosiasi. Ada sahabat saya Pak Baedowi dengan teman-teman mereka yang atur, kami tindak lanjutnya," ujar Eddy Mulya, Minister Counsellor, Koordinator Fungsi Politik Kedutaan Besar RI di Manila, Filipina. Ia menekankan bahwa pembebasan 10 WNI dari kelompok Abu Sayyaf murni atas hasil negosiasi tanpa adanya uang tebusan.

Dia mengungkapkan bahwa pendekatan yang dilakukan lebih pada hubungan antarpersonal yang sudah terjalin melalui kerja sama pendidikan. Dalam hubungan tersebut, ada seseorang yang dituakan dan dihormati bersama sehingga menghasilkan perundingan pembebasan sandera 10 WNI. (Kompas.com, 2/5/2016) 

Pak Baedowi yang dimaksud Eddy adalah Ahmad Baedowi dari Yayasan Sukma, yang tulisannya sering dimuat di halaman opini Lampung Post. Pernyataan Eddy itu sesuai dengan siaran pers Deputy Chairman Media Group Rerie L Murdiat, bahwa pembebasan sandera dilakukan atas kerja tim kemanusiaan Surya Paloh yang merupakan sinergi gabungan jaringan Yayasan Sukma atau Sekolah Sukma Bangsa di Aceh, pimpinan Ahmad Baedowi.  

Kompas.com juga melaporkan para sandera yang telah dibebaskan itu dibawa kembali ke Tanah Air dengan pesawat berlogo Victory News. Logo itu nama sebuah koran harian di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibina Media Group (MI, Lampost, dan MetroTV).  Mulai 23 April 2016 tim itu berusaha membebaskan 10 ABK kapal tunda Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf sejak 26 Maret 2016. 

Di bawah koordinasi langsung Pemerintah RI, tim melakukan dialog dengan sejumlah tokoh masyarakat, LSM, lembaga kemanusiaan di daerah Sulu yang memiliki akses langsung ke pihak Abu Sayyaf. Upaya pembebasan berlangsung dinamis dan lancar karena dengan pendekatan pendidikan Yayasan Sukma yang jauh hari sebelumnya sudah ada kerja sama pemerintahan otonomi Moro, Filipina Selatan. 

Pemerintahan otonomi Moro dijalankan oleh Moro Islamic Liberation Front (MILF) sejak 2014, sesuai kesepakatan dengan Presiden Benigno Aquino untuk memberi otonomi seluasnya pada masyarakat muslim Filipina Selatan. MILF didirikan Syaikh Selamat Hasyim pada 1978 setelah menilai MNLF di bawah Nur Misuari terlalu moderat. MILF tumbuh menjadi kekuatan bersenjata terbesar di Filipina Selatan. Sedang kelompok Abu Sayyaf bentukan Abdulrajak Janjalani 1989, menghimpun para pejuang MILF yang kembali dari membantu mujahidin mengusir pasukan Soviet dari Afghanistan. 

Latar sejarah itu yang membuat kelompok Abu Sayyaf hormat kepada sesepuh di MILF. ***

0 komentar: