TNI—Tentara Nasional Indonesia—dan Kepolisian RI (Polri) bergerak serentak menggerebek toko kaus di Blok M Square, Jakarta, Senin pekan lalu. Dari toko bernama More Shop di lokasi itu aparat negara menyita 10 helai kaus bergambar palu arit, lambang Partai Komunis Indonesia—PKI. (Tempo.co, 9/5/2016)
Razia itu dilakukan karena ada anak-anak muda yang mejeng dengan memakai kaus bergambar palu arit. Tentu dari mereka bisa diketahui dari mana mereka dapatkan kaus tersebut. Namun, setelah diperiksa di kantor polisi, pemilik toko tersebut dibebaskan karena tak ada huhungan dengan komunis.
Pemakaian kaus palu arit ternyata juga terjadi di daerah-daerah. Di Malang, pria bernama Siyari (36) ditangkap polisi mengenakan kaus gambar palu arit. Pria itu kemudian dikenai wajib lapor ke Polsek Kepanjen, seminggu dua kali. (Tempo.co, 9/5/2016)
Munculnya banyak gambar palu arit atribut PKI itu langsung menyulut trauma para kiai di Jawa, mengingatkan pembunuhan massal terhadap ribuan kiai, santri, dan warga muslim dalam pemberontakan PKI di Jawa Timur tahun 1948. Kegelisahan para kiai tersebut direpresentasikan pernyataan resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, yang dengan tegas menolak pendapat bahwa negara serta umat Islam sebagai pelaku kekerasan pada 1965.
"Justru sebaliknya, PKI yang melanggar hak asasi manusia berupa pembunuhan massal terhadap para jenderal, kiai, santri, dan umat beragama dengan sangat kejam," tegas Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah Ahmad Rofiq di Semarang, Minggu. (Suara-Islam, 15/5/2016)
MUI Jateng merekomendasikan pemerintah agar tegas menyikapi bangkitnya kembali PKI dengan dasar Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966. MUI Jateng menolak penilaian Komnas HAM yang menyatakan negara dan umat Islam sebagai pelaku kekerasan terhadap PKI.
Terkait semakin maraknya propaganda komunis, MUI meminta pemerintah dan aparat penegak hukum bersikap tegas dalam mencegah bangkitnya kembali komunisme karena mengancam NKRI. "Ketegasan pemerintah saat ini ditunggu untuk mematikan lagi kemunculan eks PKI, jangan terkesan pemerintah malah memberi peluang untuk bangkit kembali," tegas Rofiq.
Waspada terhadap ancaman komunisme jelas harus menjadi prioritas karena kemusyrikan pahamnya bukan hanya menyesatkan bangsa, malah mencelakakan umat. Hal itu telah dibuktikan sendiri oleh PKI dengan dua kali melakukan pemberontakan terhadap NKRI. Jadi, jangan sampai bangsa ini kehilangan tongkat untuk yang ketiga kalinya. ***
Pemakaian kaus palu arit ternyata juga terjadi di daerah-daerah. Di Malang, pria bernama Siyari (36) ditangkap polisi mengenakan kaus gambar palu arit. Pria itu kemudian dikenai wajib lapor ke Polsek Kepanjen, seminggu dua kali. (Tempo.co, 9/5/2016)
Munculnya banyak gambar palu arit atribut PKI itu langsung menyulut trauma para kiai di Jawa, mengingatkan pembunuhan massal terhadap ribuan kiai, santri, dan warga muslim dalam pemberontakan PKI di Jawa Timur tahun 1948. Kegelisahan para kiai tersebut direpresentasikan pernyataan resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah, yang dengan tegas menolak pendapat bahwa negara serta umat Islam sebagai pelaku kekerasan pada 1965.
"Justru sebaliknya, PKI yang melanggar hak asasi manusia berupa pembunuhan massal terhadap para jenderal, kiai, santri, dan umat beragama dengan sangat kejam," tegas Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah Ahmad Rofiq di Semarang, Minggu. (Suara-Islam, 15/5/2016)
MUI Jateng merekomendasikan pemerintah agar tegas menyikapi bangkitnya kembali PKI dengan dasar Ketetapan MPRS Nomor XXV/MPRS/1966. MUI Jateng menolak penilaian Komnas HAM yang menyatakan negara dan umat Islam sebagai pelaku kekerasan terhadap PKI.
Terkait semakin maraknya propaganda komunis, MUI meminta pemerintah dan aparat penegak hukum bersikap tegas dalam mencegah bangkitnya kembali komunisme karena mengancam NKRI. "Ketegasan pemerintah saat ini ditunggu untuk mematikan lagi kemunculan eks PKI, jangan terkesan pemerintah malah memberi peluang untuk bangkit kembali," tegas Rofiq.
Waspada terhadap ancaman komunisme jelas harus menjadi prioritas karena kemusyrikan pahamnya bukan hanya menyesatkan bangsa, malah mencelakakan umat. Hal itu telah dibuktikan sendiri oleh PKI dengan dua kali melakukan pemberontakan terhadap NKRI. Jadi, jangan sampai bangsa ini kehilangan tongkat untuk yang ketiga kalinya. ***
0 komentar:
Posting Komentar