RUNTUHNYA kinerja perbankan nasional menjadi poros ambruknya ekonomi Indonesia pada 1998. Oleh karena itu, ketika ada bank BUMN sampai bulan Mei belum menurunkan laporan kinerja bulan Maret, apalagi BPS melaporkan terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi 0,34% pada kuartal I 2016, layak dicari tahu kinerja bank hingga berdampak kontraksi.
Aset empat bank BUMN, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN mencapai Rp2.445,47 triliun atau 40% dari total aset 118 bank di Indonesia sebesar Rp6.132,58 triliun. Dengan itu, kinerja empat bank BUMN itu bisa dijadikan cerminan kinerja perbankan nasional.
Kontraksi terjadi karena perekonomian lesu sehingga penyaluran kredit bank melemah. Dibanding akhir tahun 2015, pertumbuhan kredit kuartal I 2016 tercatat, BRI hanya 0,48%, BNI 0,19%, dan BTN 2,87%. Sangat jauh dari target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, pertumbuhan kredit bank nasional 13%.
Bahkan, mengutip Kompas.com (9/5/2016), Bank Mandiri belum memublikasikan laporan keuangan bulan Maret 2016. Laporan Bank Mandiri yang tersedia hanya sampai Februari 2016, yang justru menunjukkan pertumbuhan kredit minus. Yakni, per akhir Februari 2016 Rp508,97 triliun, turun dibandingkan posisi akhir 2015 Rp595,46 triliun.
Dengan belum memublikasikan kinerja kuartal I 2016, nonperforming loan (NPL) atau kredit macet Bank Mandiri belum diketahui. Sedang pada tiga bank BUMN lainnya tampak terjadi peningkatan. NPL BRI naik dari 2,02% pada akhir 2015 menjadi 2,22% pada akhir Maret 2016. NPL BNI naik dari 2,7% menjadi 2,8%. Sedang NPL BTN naik dari 3,42% menjadi 3,59%.
Konsekuensi lonjakan NPL adalah harus menyisihkan pencadangan yang diambil dari laba. Jadi, kenaikan NPL akan mengurangi laba bank.
Variabel berikutnya adalah dana pihak ketiga pada bank BUMN yang turun pada kuartal I 2016. DPK BRI turun 1,71% dari Rp642,77 triliun jadi Rp631,78 triliun. DPK BNI anjlok 14,27% dari Rp370,42 triliun jadi Rp317,55 triliun. DPK BTN yang masih tumbuh dari Rp117,75 triliun jadi Rp131,16 triliun. Sedang DPK Mandiri sampai akhir Februari 2016 anjlok 9,18% dari Rp636,4 triliun menjadi Rp578 triliun.
Tiga variabel utama itu mengindikasikan perekonomian nasional terimbas telak oleh, sesuai catatan BI, terbatasnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi pada triwulan I 2016. Betapa heboh pun laporan pembangunan infrastruktur dan nilai investasi menurut BKPM, realitas kinerja perbankan itu mencerminkan perekonomian nasional yang kurang menggembirakan. ***
Kontraksi terjadi karena perekonomian lesu sehingga penyaluran kredit bank melemah. Dibanding akhir tahun 2015, pertumbuhan kredit kuartal I 2016 tercatat, BRI hanya 0,48%, BNI 0,19%, dan BTN 2,87%. Sangat jauh dari target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2016, pertumbuhan kredit bank nasional 13%.
Bahkan, mengutip Kompas.com (9/5/2016), Bank Mandiri belum memublikasikan laporan keuangan bulan Maret 2016. Laporan Bank Mandiri yang tersedia hanya sampai Februari 2016, yang justru menunjukkan pertumbuhan kredit minus. Yakni, per akhir Februari 2016 Rp508,97 triliun, turun dibandingkan posisi akhir 2015 Rp595,46 triliun.
Dengan belum memublikasikan kinerja kuartal I 2016, nonperforming loan (NPL) atau kredit macet Bank Mandiri belum diketahui. Sedang pada tiga bank BUMN lainnya tampak terjadi peningkatan. NPL BRI naik dari 2,02% pada akhir 2015 menjadi 2,22% pada akhir Maret 2016. NPL BNI naik dari 2,7% menjadi 2,8%. Sedang NPL BTN naik dari 3,42% menjadi 3,59%.
Konsekuensi lonjakan NPL adalah harus menyisihkan pencadangan yang diambil dari laba. Jadi, kenaikan NPL akan mengurangi laba bank.
Variabel berikutnya adalah dana pihak ketiga pada bank BUMN yang turun pada kuartal I 2016. DPK BRI turun 1,71% dari Rp642,77 triliun jadi Rp631,78 triliun. DPK BNI anjlok 14,27% dari Rp370,42 triliun jadi Rp317,55 triliun. DPK BTN yang masih tumbuh dari Rp117,75 triliun jadi Rp131,16 triliun. Sedang DPK Mandiri sampai akhir Februari 2016 anjlok 9,18% dari Rp636,4 triliun menjadi Rp578 triliun.
Tiga variabel utama itu mengindikasikan perekonomian nasional terimbas telak oleh, sesuai catatan BI, terbatasnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi pada triwulan I 2016. Betapa heboh pun laporan pembangunan infrastruktur dan nilai investasi menurut BKPM, realitas kinerja perbankan itu mencerminkan perekonomian nasional yang kurang menggembirakan. ***
0 komentar:
Posting Komentar