DI tengah maraknya islamophobia di Eropa, Sadiq Aman Khan (45), yang muslim, sejak Senin (9/5) resmi menjadi wali kota London. Jabatan publik bukan hal baru bagi aktivis advokasi hak asasi manusia ini. Sejak 2005, ia duduk di parlemen dari Partai Buruh. Pada 2009, di pemerintahan Perdana Menteri Gordon Brown, ia dipercaya jadi Menteri Transportasi.
Masih dalam jabatan itu, lima tahun lalu Istana Buckingham melantik Khan sebagai anggota Dewan Penasihat Kerajaan (Privy Council). Tugas dewan ini memberi masukan untuk hal-hal yang diputuskan kepala negara Inggris.
Mengutip The Evening Standard, Kompas.com (Kamis, 12/5/2016) mengisahkan pelantikannya sebagai anggota Privy Council. "Pihak istana bertanya saya ingin dilantik di bawah Injil apa? Saya jawab; 'Saya muslim dan saya bersumpah di bawah Alquran," ujar Khan.
Ternyata Istana Buckingham tidak punya Alquran untuk prosesi pelantikan dan meminta Khan membawanya. Usai pelantikan, Khan meninggalkan Alquran itu di istana. "Untuk orang selanjutnya (yang dilantik)," ujarnya.
Pengalaman advokasi membuat Khan mudah mengatasi serangan islamophobia, seperti dari lawannya dalam pemilihan wali kota, Zac Goldsmith, yang menuduhnya terkait gerakan ekstremisme Islam. Serangan itu layu oleh penegasan Khan bahwa dia menentang radikalisme.
Dalam menaklukkan islamophobia, Khan bahkan mengarah ke titik paling ekstrem, Donald Trump yang menyatakan jika dia terpilih jadi presiden Amerika Serikat akan melarang orang Islam masuk negerinya. Kepada majalah Time, Sadiq Khan mengatakan akan ke Amerika, tetapi sebelum Trump dilantik pada Januari 2017, andai dalam pemilu AS Oktober 2016 Trump menang.
Merespons Khan itu, Trump mengatakan wacananya itu tidak berlaku untuk wali kota London, Sadiq Khan. "Selalu ada pengecualian," ujar Trump saat diminta tanggapannya atas Khan oleh The New York Times. (Kompas.com, 10/5/2016)
Terpilihnya Khan jadi wali kota London jelas mengubah pandangan terhadap Islam secara global. Lebih lagi di Inggris, perkembangan Islam pesat, dari jumlah muslim 950 ribu atau 1,9% penduduk Inggris pada 1991, Badan Pusat Statistik Nasional dikutip The Telegraph (31/1/CNN-I) mencatat jumlah Muslim kini jadi 3.114.992 atau 5,4% dari penduduk Inggris dan Wales.
Sementara Riset NatCan British Social pada 2014 (Republika, 2/6/2015) jumlah penganut Anglikan di Inggris dalam rentang 2012—2014 turun 21%, atau dalam dua tahun kehilangan 1,7 juta pengikut. Itu mengisyaratkan peran muslim yang kian dominan. ***
Mengutip The Evening Standard, Kompas.com (Kamis, 12/5/2016) mengisahkan pelantikannya sebagai anggota Privy Council. "Pihak istana bertanya saya ingin dilantik di bawah Injil apa? Saya jawab; 'Saya muslim dan saya bersumpah di bawah Alquran," ujar Khan.
Ternyata Istana Buckingham tidak punya Alquran untuk prosesi pelantikan dan meminta Khan membawanya. Usai pelantikan, Khan meninggalkan Alquran itu di istana. "Untuk orang selanjutnya (yang dilantik)," ujarnya.
Pengalaman advokasi membuat Khan mudah mengatasi serangan islamophobia, seperti dari lawannya dalam pemilihan wali kota, Zac Goldsmith, yang menuduhnya terkait gerakan ekstremisme Islam. Serangan itu layu oleh penegasan Khan bahwa dia menentang radikalisme.
Dalam menaklukkan islamophobia, Khan bahkan mengarah ke titik paling ekstrem, Donald Trump yang menyatakan jika dia terpilih jadi presiden Amerika Serikat akan melarang orang Islam masuk negerinya. Kepada majalah Time, Sadiq Khan mengatakan akan ke Amerika, tetapi sebelum Trump dilantik pada Januari 2017, andai dalam pemilu AS Oktober 2016 Trump menang.
Merespons Khan itu, Trump mengatakan wacananya itu tidak berlaku untuk wali kota London, Sadiq Khan. "Selalu ada pengecualian," ujar Trump saat diminta tanggapannya atas Khan oleh The New York Times. (Kompas.com, 10/5/2016)
Terpilihnya Khan jadi wali kota London jelas mengubah pandangan terhadap Islam secara global. Lebih lagi di Inggris, perkembangan Islam pesat, dari jumlah muslim 950 ribu atau 1,9% penduduk Inggris pada 1991, Badan Pusat Statistik Nasional dikutip The Telegraph (31/1/CNN-I) mencatat jumlah Muslim kini jadi 3.114.992 atau 5,4% dari penduduk Inggris dan Wales.
Sementara Riset NatCan British Social pada 2014 (Republika, 2/6/2015) jumlah penganut Anglikan di Inggris dalam rentang 2012—2014 turun 21%, atau dalam dua tahun kehilangan 1,7 juta pengikut. Itu mengisyaratkan peran muslim yang kian dominan. ***
0 komentar:
Posting Komentar