Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Hindari Menebar Fitnah di Medsos!

IMBAUAN Presiden Joko Wibowo untuk menghentikan caci maki dan menebar fitnah di media sosial (medsos) layak diperhatikan netizen, karena konsekuensinya amat berat. Untuk itu baik disimak tausiah mantan Rois Syuriah NU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang ditulis Asma Nadia, "Ladang Pahala dan Dosa di Media Sosial". (Republika.co.id, 3/10/2015)
Konsekuensinya, menurut tausiah itu, bagi korban fitnah Allah memberi fasilitas untuk mengambil pahala yang memfitnah di akhirat nanti. Jika pahala habis, dosa yang difitnah dialihkan ke orang yang memfitnahnya.
Suatu ketika Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memiliki harta benda."
Kemudian Rasulullah saw berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakat, dan pahala hajinya, tetapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara batil), menumpahkan darah orang lain (secara batil), dan dia memukul orang lain. Maka sebagai tebusan atas kezalimannya, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang dizaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal salehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. Dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."
Kata Rasulullah saw selanjutnya, "Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka." (HR Muslim nomor 6522)
Dalam konteks zaman dulu tanpa medsos, orang yang memfitnah atau menuduh tanpa bukti bisa bangkrut di akhirat. Apalagi kini jika melakukannya di medsos, semakin banyak follower, yang terpengaruh tuduhannya kian banyak. Konon lagi follower me-retwit atau share lalu viral, fitnahnya menyebar cepat mencapai ribuan bahkan jutaan orang.
Lebih celaka kalau yang difitnah tidak mau memaafkan, fitnah itu menjadi tabungan si korban yang kelak akan menyedot amal sang pemfitnah. Karena itu, hati-hati berselancar di medsos, hindari menebar caci maki dan fitnah. Share dan retwit hal-hal yang positif saja, bermanfaat bagi diri dan follower. ***

0 komentar: