PEMBERONTAK Syiah Houthi Yaman, Selasa (15/11/2016), melakukan serangan memakai peluru kendali (rudal) balistik ke wilayah Arab Saudi dari Najran, Yaman. Angkatan Udara Saudi dengan rudal Patriot berhasil mencegat dan menjatuhkan rudal itu sebelum mencapai sasaran.
Pemberontak Houthi dengan bantuan Iran mampu menguasai Ibu Kota Sanaa dan wilayah utara Yaman, sedang pemerintah resmi Yaman menyingkir ke selatan. Dukungan Iran kepada Houthi itu salah satu alasan Arab Saudi menutup kuota haji buat jemaah dari Iran musim haji terakhir.
Serangan rudal balistik pemberontak Houthi Selasa itu bukan yang pertama. Menurut AFP, serangan rudal pemberontak Houthi itu telah dilakukan sejak Maret menargetkan pangkalan udara Arab Saudi. Serangan rudal itu selalu berhasil ditangkis Saudi dengan rudal Patriot. (Kompas.com, 15/11/2016)
Pada 27 Oktober 2016 serangan rudal balistik Houthi itu ditangkis dan jatuh dekat kota suci umat muslim, Mekah. Serangan itu langsung mengundang kecaman negara-negara teluk pendukung Arab Saudi. Namun, pemberontak berkeras rudal itu ditembakkan ke Jeddah, bukan ke Mekah.
Tiga hari kemudian, 30 Oktober 2016, koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan serangan udara ke penjara di Kota Hodeidah, Yaman, menewaskan 60 orang dan 38 orang lainnya luka, terdiri dari tahanan dan petugas penjara. (Al-Jazeera, 31/10/2016)
Sebelumnya, 8 Oktober 2016, serangan udara koalisi menyasar upacara pemakaman kelompok Houthi, menewaskan puluhan orang yang kebanyakan warga sipil. Serangan ini oleh tim panel PBB dinyatakan melanggar hukum kemanusiaan internasional. (Sindonews.com, 21/10/2016)
Konflik Yaman meruyak Maret 2015 ketika pemberontak Syiah Houthi pro-Iran didukung militer Yaman yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh merebut ibu kota Sanaa. Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi mengasingkan diri ke Arab Saudi, pemerintahan dijalankan Wakil Presiden Mushin al-Ahmar yang menyingkir dari Ibu Kota.
DK PBB sejak April memastikan Hadi presiden sah Yaman, dan memerintahkan agar Houthi dilucuti. Arab Saudi dan koalisi internasional menjalankan mandat DK PBB untuk melucuti Houthi, tapi sejauh ini belum berhasil.
Di sisi lain, utusan PBB Ismail Cheikh Ahmed mengupayakan damai dengan menghilangkan perpecahan. Tapi dipetik Reuters (30/10/2016), usul itu ditolak Hadi karena pemerintahan baru minus Wakil Presiden Mushin al-Ahmar.
Sementara perang Yaman yang telah menewaskan lebih 10 ribu orang itu semakin seru dengan senjata pembunuh massal! ***
Serangan rudal balistik pemberontak Houthi Selasa itu bukan yang pertama. Menurut AFP, serangan rudal pemberontak Houthi itu telah dilakukan sejak Maret menargetkan pangkalan udara Arab Saudi. Serangan rudal itu selalu berhasil ditangkis Saudi dengan rudal Patriot. (Kompas.com, 15/11/2016)
Pada 27 Oktober 2016 serangan rudal balistik Houthi itu ditangkis dan jatuh dekat kota suci umat muslim, Mekah. Serangan itu langsung mengundang kecaman negara-negara teluk pendukung Arab Saudi. Namun, pemberontak berkeras rudal itu ditembakkan ke Jeddah, bukan ke Mekah.
Tiga hari kemudian, 30 Oktober 2016, koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan serangan udara ke penjara di Kota Hodeidah, Yaman, menewaskan 60 orang dan 38 orang lainnya luka, terdiri dari tahanan dan petugas penjara. (Al-Jazeera, 31/10/2016)
Sebelumnya, 8 Oktober 2016, serangan udara koalisi menyasar upacara pemakaman kelompok Houthi, menewaskan puluhan orang yang kebanyakan warga sipil. Serangan ini oleh tim panel PBB dinyatakan melanggar hukum kemanusiaan internasional. (Sindonews.com, 21/10/2016)
Konflik Yaman meruyak Maret 2015 ketika pemberontak Syiah Houthi pro-Iran didukung militer Yaman yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh merebut ibu kota Sanaa. Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi mengasingkan diri ke Arab Saudi, pemerintahan dijalankan Wakil Presiden Mushin al-Ahmar yang menyingkir dari Ibu Kota.
DK PBB sejak April memastikan Hadi presiden sah Yaman, dan memerintahkan agar Houthi dilucuti. Arab Saudi dan koalisi internasional menjalankan mandat DK PBB untuk melucuti Houthi, tapi sejauh ini belum berhasil.
Di sisi lain, utusan PBB Ismail Cheikh Ahmed mengupayakan damai dengan menghilangkan perpecahan. Tapi dipetik Reuters (30/10/2016), usul itu ditolak Hadi karena pemerintahan baru minus Wakil Presiden Mushin al-Ahmar.
Sementara perang Yaman yang telah menewaskan lebih 10 ribu orang itu semakin seru dengan senjata pembunuh massal! ***
0 komentar:
Posting Komentar