Kata Kunci

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani

Medsos Jadi Ajang Provokasi, Rush Money!

PRESIDEN Joko Widodo menyoroti situasi masyarakat yang berkembang di media sosial (medsos). "Jangan sampai ada yang ingin memecah belah kita, karena kalau kita lihat di medsos pada sebulan, seminggu, dua minggu belakangan isinya saling menghujat, isinya saling ejek, isinya saling maki, banyak yang fitnah, adu domba, provokasi," tukas Presiden.
Hal itu Presiden katakan pada Silaturahim Nasional Ulama Rakyat di Jakarta, Sabtu (12/11/2016). "Bangsa kita punya sopan santun yang baik, akhlakul karimah yang baik, tapi yang tadi saya sampaikan marilah kita bersama-sama ingatkan yang itu bukan nilai-nilai bangsa Indonesia, itu bukan nilai kesantunan," tegas Presiden. (detiknews, 12/11/2016)
Meski Presiden mengungkap itu dengan tujuan menghentikan penyalahgunaan medsos, pekan terakhir justru muncul provokasi yang bisa menghancurkan ekonomi bangsa. Yakni gerakan rush money, yang memprovokasi penarikan uang secara besar-besaran pada 25 November 2016.
Ajakan yang tersebar di medsos itu seolah bertujuan menuntut proses hukum kasus penistaan agama oleh Ahok. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini gerakan rush money yang bisa merusak perekonomian ini memiliki target lain. (Kompas.com, 18/11/2016)
Jika sampai terjadi rush money, bank diserbu orang menarik uangnya, bank-bank tumbang dan kekacauan ekonomi terjadi seperti 1998. Karena itu, Ketua DPR Ade Komarudin tegas, itu membahayakan. "Saya minta benar aparat kepolisian untuk menyelidiki dan cepat ditemukan pelaku tindakan itu," ujar Ade.
Menko Perekomomian Darmin Nasution menyebut isu rush money mengada-ada, mengalihkan langkah (politik) ke ekonomi. Sementara Gubernur BI Agus Martowardojo meminta masyarakat tidak terpengaruh isu penarikan uang secara massal pada 25 November 2016. Agus memastikan perekonomian Indonesia dalam keadaan baik. Begitu juga perbankan, likuiditas terjaga dengan sehat.
Dengan semua kejadian itu terkesan medsos berbahaya bagi kesatuan bangsa maupun perekonomian nasional. Padahal media, termasuk medsos, sebagai medium atau wadah proses komunikasi, sebenarnya bersifat netral.
Dengan kenetralan itu, mau jadi apa suatu media tergantung isi yang dimasukkan penggunanya. Kalau diisi sampah, jadilah ia keranjang sampah.
Diisi caci maki, fitnah, jadi penista. Diisi provokasi, jadi provokator.
Sekali lagi bukan salah mediumnya karena muatan buruk di medsos itu cerminan watak pengisi materinya. Kalau muatannya baik, berarti watak pengisinya baik. Sebaliknya muatan buruk. ***

0 komentar: