PROVOKASI rush money masih terus gencar dilakukan lewat media sosial (medsos) agar umat Islam menarik dana simpanannya di bank pada 25 November 2016 sebagai imbal tuntutan agar Ahok yang sudah dijadikan tersangka ditahan oleh polisi.
Kalau provokasi tersebut berhasil dan umat Islam ramai-ramai menarik uangnya dari bank, hampir bisa dipastikan yang pertama ambruk adalah perbankan syariah! Alasannya, karena umat Islam yang "melek" medsos sehingga kemungkinan bisa terpengaruh oleh provokasi tersebut kebanyakan menyimpan uangnya di perbankan syariah.
Jadi, rencana aksi rush money itu kalau provokasinya berhasil menggerakkan umat Islam untuk menarik uang simpanannya dari bank, bukan mustahil bisa menjadi senjata makan tuan. Justru kekuatan ekonomi umat Islam sendiri yang pertama tumbang dan mengalami kehancuran.
Dengan akibatnya yang bisa menghancurkan kekuatan ekonomi umat itu, layak disimak saksama asal mula gagasan rush money umat Islam itu. Jangan-jangan idenya disusupkan oleh elemen Yahudi sehingga mendorong orang-orang berduit dari kalangan umat Islam Indonesia siap menjadi martir bom bunuh diri meledakkan dirinya sendiri.
Andai perbankan syariah ambruk, berapa besarkah share-nya pada perbankan nasional? Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir 2015 pangsa pasar bank syariah terhadap total pasar perbankan nasional baru mencapai 4,87%, diharapkan pada 2016 ini bisa jadi 5%. (Antara, 24/2/2016)
Dengan share sebesar itu pada total pasar perbankan nasional tentu dampak ambruknya perbankan syariah akan dirasakan oleh perbankan nasional. Namun, mungkin dampak sistemiknya tidak akan sampai menyeret ikut ambruk perbankan nasional.
Lebih-lebih kalau sejak awal perbankan nasional telah mengantisipasinya. Yakni, ketika di pagi hari 25 November 2016 itu memang terjadi rush, hari itu bank-bank tidak mengisi ulang ATM mereka yang telah habis terkuras, lalu lokasi setiap ATM dikawal polisi dan TNI agar tak dirusak.
Lalu, untuk mengisolasi dampaknya, semua kantor bank pagi itu juga melakukan suspend. Bahkan, kalau hal serupa juga dilakukan perbankan syariah, mungkin mereka akan mampu bertahan.
Namun, semua itu bisa dihindarkan dan tidak sampai terjadi, kalau organisasi arus utama umat—MUI, NU, Muhammadiyah, ICMI dan lainnya—sebelum sampai jadwal rush money itu sudah lebih dahulu mengingatkan umat Islam, terutama kalangan berduitnya, agar tidak mau dijadikan martir bom bunuh diri penghancuran ekonomi umat. ***
Jadi, rencana aksi rush money itu kalau provokasinya berhasil menggerakkan umat Islam untuk menarik uang simpanannya dari bank, bukan mustahil bisa menjadi senjata makan tuan. Justru kekuatan ekonomi umat Islam sendiri yang pertama tumbang dan mengalami kehancuran.
Dengan akibatnya yang bisa menghancurkan kekuatan ekonomi umat itu, layak disimak saksama asal mula gagasan rush money umat Islam itu. Jangan-jangan idenya disusupkan oleh elemen Yahudi sehingga mendorong orang-orang berduit dari kalangan umat Islam Indonesia siap menjadi martir bom bunuh diri meledakkan dirinya sendiri.
Andai perbankan syariah ambruk, berapa besarkah share-nya pada perbankan nasional? Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada akhir 2015 pangsa pasar bank syariah terhadap total pasar perbankan nasional baru mencapai 4,87%, diharapkan pada 2016 ini bisa jadi 5%. (Antara, 24/2/2016)
Dengan share sebesar itu pada total pasar perbankan nasional tentu dampak ambruknya perbankan syariah akan dirasakan oleh perbankan nasional. Namun, mungkin dampak sistemiknya tidak akan sampai menyeret ikut ambruk perbankan nasional.
Lebih-lebih kalau sejak awal perbankan nasional telah mengantisipasinya. Yakni, ketika di pagi hari 25 November 2016 itu memang terjadi rush, hari itu bank-bank tidak mengisi ulang ATM mereka yang telah habis terkuras, lalu lokasi setiap ATM dikawal polisi dan TNI agar tak dirusak.
Lalu, untuk mengisolasi dampaknya, semua kantor bank pagi itu juga melakukan suspend. Bahkan, kalau hal serupa juga dilakukan perbankan syariah, mungkin mereka akan mampu bertahan.
Namun, semua itu bisa dihindarkan dan tidak sampai terjadi, kalau organisasi arus utama umat—MUI, NU, Muhammadiyah, ICMI dan lainnya—sebelum sampai jadwal rush money itu sudah lebih dahulu mengingatkan umat Islam, terutama kalangan berduitnya, agar tidak mau dijadikan martir bom bunuh diri penghancuran ekonomi umat. ***
0 komentar:
Posting Komentar