PEMERINTAH menyiapkan program kredit khusus supermikro untuk kalangan yang belum terjangkau kredit usaha rakyat (KUR). Dana untuk kelompok lebih rendah dari KUR ini nanti disalurkan melalui bank pembangunan daerah, koperasi, BPR, dan lembaga permodalan lainnya seperti BMT.
Pemerintah menganggarkan dana APBN Rp1,1 triliun untuk subsidi bunga maupun dari sisi plafon program pendamping KUR ini, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, di Komisi XI DPR, Selasa. (Antara/MI, 14/2/2017)
Menurut Sri, salah satu kendala penerapan kredit jenis ini ialah jumlah pelaku supermikro sangat banyak dan sulit dihitung ketimbang jumlah pelaku UMKM. "Idenya baik, tapi realisasinya bagaimana menerjemahkan ide dalam realitas karena jumlah supermikro begitu banyak," ujarnya.
Selain itu, kata dia, kredit ini bukan hibah karena merupakan dana investasi yang harus dikembalikan sehingga pemanfaatannya harus sesuai dengan tata kelola yang berlaku.
"Di sistem keuangan negara, kalau bukan hibah kita harus tetap menjaga, karena bisa dicatat sebagai kerugian negara. Jadi, kami melakukan secara hati-hati," kata Sri Mulyani.
Upaya pemerintah menambah jenis kredit di lapisan bawah masyarakat ini amat penting untuk keseimbangan postur tubuh ekonomi bangsa, yang kini amat besar di atas sedang di bawah kakinya kecil sekali. Pada 2016, penyaluran kredit perbankan ke lapisan atas warga bangsa mencapai Rp4.402 triliun (Kontan, 1/2/2017), sedang untuk lapisan bawah pada tahun yang sama total penyaluran KUR hanya Rp94,4 triliun.
Dengan postur ekonomi sedemikian dilihat dari kredit perbankan, kalau pemerintah menambah dengan subsidi kredit supermikro Rp1,1 triliun, sebenarnya masih terlalu kecil. Karena dengan pertumbuhan kredit perbankan 2016 sebesar 7,81%, kalau pun KUR diperkuat supermikro dipacu jadi tumbuh 20%, porsinya masih tetap di bawah 2,5% dari total kredit perbankan.
Meski sedemikian kecilnya nilai KUR dan kredit supermikro dilihat dalam perkreditan nasional, artinya penting dalam menjembatani ketimpangan yang telanjur menganga terlalu lebar. Buktinya, hanya dengan KUR Rp94,4 triliun itu, angka ketimpangan sosial dari sebelumnya pada Rasio Gini 0,412 bisa ditekan menjadi 0,397.
Lebih lagi kalau ke depan KUR bisa dinaikkan lebih signifikan, ditambah kredit supermikro yang disebar langsung ke akar perekomomian masyarakat terbawah, usaha mengurangi ketimpangan akan bisa lebih telak lagi. Apalagi kalau kredit supermikronya juga diperbesar. ***
Menurut Sri, salah satu kendala penerapan kredit jenis ini ialah jumlah pelaku supermikro sangat banyak dan sulit dihitung ketimbang jumlah pelaku UMKM. "Idenya baik, tapi realisasinya bagaimana menerjemahkan ide dalam realitas karena jumlah supermikro begitu banyak," ujarnya.
Selain itu, kata dia, kredit ini bukan hibah karena merupakan dana investasi yang harus dikembalikan sehingga pemanfaatannya harus sesuai dengan tata kelola yang berlaku.
"Di sistem keuangan negara, kalau bukan hibah kita harus tetap menjaga, karena bisa dicatat sebagai kerugian negara. Jadi, kami melakukan secara hati-hati," kata Sri Mulyani.
Upaya pemerintah menambah jenis kredit di lapisan bawah masyarakat ini amat penting untuk keseimbangan postur tubuh ekonomi bangsa, yang kini amat besar di atas sedang di bawah kakinya kecil sekali. Pada 2016, penyaluran kredit perbankan ke lapisan atas warga bangsa mencapai Rp4.402 triliun (Kontan, 1/2/2017), sedang untuk lapisan bawah pada tahun yang sama total penyaluran KUR hanya Rp94,4 triliun.
Dengan postur ekonomi sedemikian dilihat dari kredit perbankan, kalau pemerintah menambah dengan subsidi kredit supermikro Rp1,1 triliun, sebenarnya masih terlalu kecil. Karena dengan pertumbuhan kredit perbankan 2016 sebesar 7,81%, kalau pun KUR diperkuat supermikro dipacu jadi tumbuh 20%, porsinya masih tetap di bawah 2,5% dari total kredit perbankan.
Meski sedemikian kecilnya nilai KUR dan kredit supermikro dilihat dalam perkreditan nasional, artinya penting dalam menjembatani ketimpangan yang telanjur menganga terlalu lebar. Buktinya, hanya dengan KUR Rp94,4 triliun itu, angka ketimpangan sosial dari sebelumnya pada Rasio Gini 0,412 bisa ditekan menjadi 0,397.
Lebih lagi kalau ke depan KUR bisa dinaikkan lebih signifikan, ditambah kredit supermikro yang disebar langsung ke akar perekomomian masyarakat terbawah, usaha mengurangi ketimpangan akan bisa lebih telak lagi. Apalagi kalau kredit supermikronya juga diperbesar. ***
0 komentar:
Posting Komentar