HASIL polling Quinnipiac University terkait tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa pers pembohong dan pers musuh rakyat membuktikan warga AS justru lebih percaya pada pers daripada Trump. Tanpa kecuali, 13% responden dari Partai Republik pendukung Trump dalam pilpres, menyatakan lebih percaya pers ketimbang Trump.
Jumlah responden yang lebih percaya pers dibanding dengan Trump sebanyak 52%. Hanya 37% responden yang menyatakan lebih percaya Trump. Sedang dilihat dari partainya, 86% dari kalangan Demokrat lebih percaya media ketimbang Trump. Sementara dari kalangan Republik, 78% responden lebih memercayai Sang Presiden. (Kontan, 23/2/2017)
Menurut Tim Malloy, assistant director Quinnipiac University Poll, hasil polling tersebut mengindikasikan upaya agresif Trump dalam mendiskreditkan media dalam dua tahun terakhir berdampak besar tidak hanya kepada basisnya, namun pada pemilih Republik pada umumnya.
Survei tersebut juga menunjukkan serangan Trump kepada sejumlah media--di mana saat ini dia menyebut media sebagai musuh warga AS--telah membuat garis pertarungan yang jelas di antara warga AS.
"Media, yang sangat dikutuk pemerintahan Trump, sebenarnya lebih populer dibanding dengan Presiden Trump," jelas Tim Malloy.
Lewat akun twitter-nya, Trump menyebut media New York Times, NBC News, ABC News, CBS, dan CNN sebagai musuh rakyat Amerika. "Media dengan berita bohong bukan musuh saya, mereka adalah musuh rakyat Amerika," tulis Trump sepulang dari liburan di Florida, Jumat (18/2/2017).
Pekan-pekan awal pemerintahan Trump sejak dilantik 20 Januari 2017 menghadapi banyak masalah. Kebijakan keimigrasiannya dijegal pengadilan, demontrasi menolak kebijakannya merebak di kota-kota Amerika, malah meluas ke kota-kota dunia, seperti Paris dan London.
Sudah begitu, media-media arus utama AS itu memublikasikan hasil survei mengenai kebijakan awal Trump. Semua menghasilkan berita senada, angka persetujuan warga terhadap kebijakan Trump sangat rendah. Inilah yang oleh Trump disebut sebagai pers penyebar berita bohong. Padahal, survei Quinnipiac University membuktikan rakyat lebih percaya pada berita media-media itu ketimbang Trump.
Perseteruan Trump dengan pers negerinya ini jelas amat tidak menguntungkan Trump. Karena, bukan sosialisasi menggalang dukungan atas program pemerintah, justru kebijakan pemerintah yang kebetulan kontroversial menjadi bulan-bulanan pers--ini justru bisa menyulut api perlawanan rakyat. ***
Menurut Tim Malloy, assistant director Quinnipiac University Poll, hasil polling tersebut mengindikasikan upaya agresif Trump dalam mendiskreditkan media dalam dua tahun terakhir berdampak besar tidak hanya kepada basisnya, namun pada pemilih Republik pada umumnya.
Survei tersebut juga menunjukkan serangan Trump kepada sejumlah media--di mana saat ini dia menyebut media sebagai musuh warga AS--telah membuat garis pertarungan yang jelas di antara warga AS.
"Media, yang sangat dikutuk pemerintahan Trump, sebenarnya lebih populer dibanding dengan Presiden Trump," jelas Tim Malloy.
Lewat akun twitter-nya, Trump menyebut media New York Times, NBC News, ABC News, CBS, dan CNN sebagai musuh rakyat Amerika. "Media dengan berita bohong bukan musuh saya, mereka adalah musuh rakyat Amerika," tulis Trump sepulang dari liburan di Florida, Jumat (18/2/2017).
Pekan-pekan awal pemerintahan Trump sejak dilantik 20 Januari 2017 menghadapi banyak masalah. Kebijakan keimigrasiannya dijegal pengadilan, demontrasi menolak kebijakannya merebak di kota-kota Amerika, malah meluas ke kota-kota dunia, seperti Paris dan London.
Sudah begitu, media-media arus utama AS itu memublikasikan hasil survei mengenai kebijakan awal Trump. Semua menghasilkan berita senada, angka persetujuan warga terhadap kebijakan Trump sangat rendah. Inilah yang oleh Trump disebut sebagai pers penyebar berita bohong. Padahal, survei Quinnipiac University membuktikan rakyat lebih percaya pada berita media-media itu ketimbang Trump.
Perseteruan Trump dengan pers negerinya ini jelas amat tidak menguntungkan Trump. Karena, bukan sosialisasi menggalang dukungan atas program pemerintah, justru kebijakan pemerintah yang kebetulan kontroversial menjadi bulan-bulanan pers--ini justru bisa menyulut api perlawanan rakyat. ***
0 komentar:
Posting Komentar